Nelayan Sadeng tidak melaut dua minggu

id nelayan

Nelayan Sadeng tidak melaut dua minggu

Mayoritas nelayan sepanjang pantai selatan tidak melaut karena tingginya gelombang (Foto Antara)

Gunung Kidul (Antara) - Nelayan Pelabuhan Sadeng, Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memilih berhenti melaut sejak dua minggu terakhir karena angin kencang dan mengantisipasi kerugian ratusan juta ketika melaut.

Ketua Kelompok Nelayan Sadeng Sarpan di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan bahwa nelayan memilih memakirkan kapalnya di kawasan Pelabuhan Sadeng.

"Angin kencang yang terjadi sejak dua minggu terakhir menyebabkan kapal kesulitan untuk berlayar. Nelayan tidak bisa melaut, dan sebagian memperbaiki kapal mereka," kata Sarpan.

Ia mengatakan bahwa nelayan biasa mencari ikan lebih dari 10 mil dan melakukan pencarian berbagai jenis ikan, mulai cakalang hingga tuna.

Sekali melaut biasanya kapal ukuran besar mendapatkan 5 ton ikan dengan berbagai jenis dan kualitas. Ikan kualitas baik, akan dikirim ke luar negeri melalui pengepul.

"Kalau memaksa melaut, kami akan rugi ratusan juta untuk biaya makan dan solar," kata dia.

Nelayan lainnya, Ari, mengatakan bahwa beberapa nelayan yang nekat melaut malah mengalami kerugian. Setiap melaut dengan menggunakan kapal lebih dari 10 GT, nelayan harus mengeluarkan biaya besar.

Pemilik kapal minimal harus mengeluarkan puluhan juta untuk sekali melaut untuk kapal 30 GT.

"Kemarin, dua kapal itu melaut 2 hari hasilnya minim dihitung ruginya ada sekitar Rp150 juta," katanya.

Ia memprakiarakan kemungkinan angin akan normal kembali pada minggu depan sehingga nelayan bisa kembali melaut.

Ketua ?Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunung Kidul Rujimanto mengatakan bahwa saat ini, khusus di Sadeng, Kecamatan Girisubo, terdapat 52 kapal nelayan, baik di atas 30 GT maupun di bawah 10 GT atau dikenal dengan nama sekoci.

(KR-STR)