Legislator usulkan patroli bersama antisipasi "klitih"

id dprd kota yogyakarta

Legislator usulkan patroli bersama antisipasi "klitih"

Gedung DPRD Kota Yogyakarta (antaranews.com)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Komisi D DPRD Kota Yogyakarta mengusulkan kegiatan patroli bersama antara pemerintah dan kepolisian untuk mengantisipasi tindakan negatif yang dilakukan pelajar yang berujung pada tindakan kekerasan atau dikenal dengan istilah "klitih".

"Kami usulkan peningkatan intensitas kegiatan patroli bersama yang dilakukan oleh tim gabungan dari berbagai instansi pemerintah dan kepolisian," kata Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Agung Damar Kusumandaru di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, patroli bersama tersebut dapat dilakukan pada siang hari di sekitar sekolah atau di lokasi yang ditengarai sebagai tongkrongan pelajar pada jam sekolah.

"Justru pada siang hari itulah waktu yang dimanfaatkan pelajar untuk saling memantau atau melihat kondisi lingkungannya. Jika sebagian besar kasus `klitih` terjadi pada malam atau dini hari, maka itu hanya faktor kesempatan saja saat lingkungan sepi," katanya.

Keberadaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang kini dimiliki Pemerintah Kota Yogyakarta, lanjut Agung, juga dapat memainkan peranan penting untuk mengantisipasi tindakan kekerasan yang dilakukan anak.

Kasus "klitih" terakhir di Kota Yogyakarta terjadi pada Minggu (12/3) di Jalan Kenari Yogyakarta tepatnya di utara kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Dari aksi kekerasan tersebut, terdapat satu korban meninggal dunia akibat luka yang disebabkan senjata tajam.

Sementara itu, Ketua KPAI Kota Yogyakarta Ki Sutikno mengatakan upaya yang akan dilakukan lembaganya adalah mengintensifkan sosialisasi mengenai model atau pola pendidikan dan perlindungan anak.

"Banyak faktor yang mempengaruhi pola perkembangan anak pada saat ini. Saya menyebutnya 3F yaitu `food`, `fashion` dan `fun`. Jika tidak dibekali dengan pendidikan budi pekerti yang baik, maka anak bisa terpengaruh contoh-contoh yang buruk dan berpotensi melakukan tindakan kekerasan," katanya.

Ia mengingatkan bahwa pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan bukan hanya sekolah tetapi juga keluarga khususnya pendidikan budi pekerti.

"Mungkin saja anak-anak itu melakukan tindakan kekerasan karena kerap dimarahi, baik itu di rumah, di lingkungan tempat tinggalnya, atau bahkan di sekolah. Akibatnya, emosi itu meluap menjadi tindakan kekerasan," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Ki Sutikno, pendidikan budi pekerti yang merupakan bagian dari kearfikan lokal di Yogyakarta perlu terus ditanamkan kepada anak sejak dini. ***4***

(E013)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024