Pakar : orientasi pendidikan harus bertumpu budaya lokal

id UNY

Pakar : orientasi pendidikan harus bertumpu budaya lokal

UNY (Foto Istimewa)

Jogja (Antara) - Orientasi pendidikan nasional yang dianut seluruh lembaga pendidikan harus bertumpu pada kearifan budaya lokal untuk membentengi masuknya pengaruh paham transnasional, kata pakar pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Wuryadi.

"Masuknya paham-paham transnasional sulit dilawan kecuali melalui pembenahan orientasi pendidikan kita dengan memperkuat penanaman kearifan budaya lokal," kata Wuryadi di Yogyakarta, Minggu.

Menurut Wuryadi, berbagai paham transnasional yang bertentangan dengan budaya lokal mudah masuk melalui beragam sarana informasi, tidak terkecuali di lingkup dunia pendidikan sendiri.

"Terus terang paham transnasional yang ekstrem juga memberikan tekanan luar biasa di sekolah-sekolah. Melawan itu tidak mudah kalau sudah menjadi sistem," kata Wuryadi yang juga Penasihat Yayasan Majelis Luhur Tamansiswa itu.

Munculnya sikap maupun tindakan intoleran, menurut dia, merupakan salah satu contoh bentuk pengejawantahan paham transnasional tertentu yang mendorong seseorang memahami agama secara ekstrem dengan menafikan kearifan lokal.

"Ini menjadi ancaman tersendiri karena ketidakharmonisan hubungan antarmasyarakat bisa muncul," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, seperti konsep yang diajarkan Ki Hajar Dewantara orientasi pendidikan nasional perlu bertumpu pada budaya lokal. Tanpa berorientasi pada budaya asli Indonesia, lembaga pendidikan hanya mengacu pada beragam perkembangan yang terjadi di luar.

"Sekarang pendidikan kita seolah tidak memiliki orientasi yang jelas. Kalau mau memakai ajaran Ki Hajar, orientasinya jelas budaya kita sendiri, budaya Indonesia," kata dia.

Sementara itu, pengajar Program Studi Kajian Media dan Budaya Populer Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Budiawan menilai penanaman nilai budaya lokal akan membantu siswa mengenali jati diri bangsa.

Selain menumbuhkan rasa cinta Tanah Air, paham-paham transnasional atau "prinsip impor" dari luar negeri akan mudah disaring oleh para remaja. "Rasa cinta Tanah Air akan lebih menonjol," kata dia.

Materi pelajaran sejarah Nusantara, menurut dia, juga memiliki peran penting membantu siswa mengenali jati diri bangsa. Melalui materi itu pembentukan karakter diri untuk mencintai tanah air mudah terbentuk. "Patriotisme serta nasionalisme mudah terbentuk dengan mendalami materi sejarah Nusantara," kata dia.

(L007)