23 penderita TB di Yogyakarta kebal obat

id tuberculosis

23 penderita TB di Yogyakarta kebal obat

Pencegahan penularan TBC, dok (Foto ANTARA)

Yogyakarta (Antara) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terus melakukan pemantauan pengobatan terhadap penderita tuberculosis di wilayah tersebut untuk menghindari penularan penyakit, khususnya kepada 23 penderita yang diketahui kebal obat.

"Jumlah tersebut merupakan akumulasi data penderita kebal obat yang sudah kami data sejak 2008. Penderita tersebut harus dipantau karena berpotensi menularkan tuberculosis (TB) ke lingkungan sekitarnya," kata Kepala Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pemantauan tidak hanya dilakukan terhadap penderita TB kebal obat saja, tetapi juga masyarakat yang berada di sekitar penderita, baik di lingkungan rumah hingga ke lingkungan tempat mereka beraktivitas sehari-hari.

Endang menyebut, pemantauan secara rutin dilakukan dalam waktu yang cukup lama yaitu hingga dua tahun karena terkadang proses penularan hingga muncul penyakit tidak hanya terjadi dalam waktu enam bulan atau satu tahun saja.

"Bisa saja saat enam bulan kami melakukan pengecekan, warga tersebut dinyatakan bebas TB. Tetapi, penyakit tersebut baru muncul setelah dua tahun saat kondisi tubuh mereka lemah," katanya.

Penderita TB memiliki kewajiban untuk rutin mengonsumsi obat setiap hari selama sekitar enam bulan. Jika penderita lalai mengonsumsi obat, maka bakteri yang menyebabkan penyakit justru akan kebal dan pengobatan yang dijalani untuk sembuh menjadi semakin sulit.

"Penyakit ini rentan menular melalui udara sehingga perlu kesadaran penderita untuk berobat secara rutin agar sembuh dan meminimalisasi penularan kepada orang lain," katanya.

Sampai saat ini, lanjut Endang, petugas juga terus mencari sebanyak-banyaknya warga yang dicurigai sebagai penderita TB agar segera diobati sehingga target bebas TB pada 2030 bisa tercapai.

Jumlah temuan warga yang menderita TB juga mencapai lebih dari 900 orang atau sudah melampaui target nasional. "Tidak hanya satu tipe TB saja, tetapi berasal dari berbagai tipe TB," katanya.

Endang menambahkan, kondisi lingkungan Kota Yogyakarta yang padat penduduk dengan permukiman yang juga padat menjadi salah satu faktor yang mempermudah penularan TB.

"Kondisi permukiman yang padat biasanya menyebabkan pergantian udara di dalam rumah tidak bisa dilakukan maksimal. Begitu pula dengan sinar matahari yang sulit masuk. Kondisi ini bisa menjadi faktor yang memudahkan penularan TB," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, jika ada semakin banyak penderita TB yang sembuh, maka potensi penularan penyakit akan bisa ditekan dan memutus rantai penularan ke orang lain.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga tetap memberikan "reward" kepada penderita TB yang sudah sembuh termasuk kepada warga yang memberikan pendampingan kepada penderita selama menjalani pengobatan.

(E013)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024