Yogyakarta dipilih jadi ajang mural berskala Internasional

id mural

Yogyakarta dipilih jadi ajang mural berskala Internasional

Mural untuk Palestina YOGYAKARTA - Seorang pengendara sepeda motor melintas di dekat Gambar mural untuk Palestina di Jalan Bausasran No 4 Yogyakarta, Kamis (22/11). Mural tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap penderitaan Rakyat Palestina kare

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kota Yogakarta dipilih untuk menjadi ajang pembuatan seni mural berskala internasional melalui program "Let`s Colour Wallas of Connection" yang diinisiasi AkzoNobel, MasterPeace Indonesia bersama Institut Seni Indonesia (ISI).

"Yogyakarta kami pilih karena memiliki warisan sejarah yang signifikan dan penting bagi kekayaan budaya Indonesia," kata Presiden Direktur PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel) Jun de Dios saat pembukaan acara itu di Yogyakarta, Rabu.

Jun mengatakan program "Let`s Colour Wallas of Connection" bertujuan merevitalisasi kota-kota di seluruh dunia dengan goresan warna-warna cat yang artistik. Program yang pertama diluncurkan di Rotterdam, Belanda, pada Maret 2017 ini bertujuan menginspirasi dan memberi energi pada kota-kota di seluruh dunia dan membuat kehidupan masyarakat lebih nyaman ditinggali.

"Dengan kekuatan warna, kreativitas dan keterlibatan ratusan peserta, kami mengajak masyarakat Yogyakarta bersama-sama mengubah dinding menjadi daya tarik masyarakat," kata dia.

Pembuatan seni mural yang melibatkan 500 mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu akan difokuskan di tiga area yakni Jalan Beji, Pakualaman, daerah Sambilegi, dan Soboman, Kota Yogyakarta.

Pengecatan mural di atas dinding dengan luas total mencapai 750 meter itu mengangkat tema "Bhinneka Tunggal Ika". "Bhineka Tunggal Ika dipilih sebagai tema mural karena merupakan moto Bangsa Indonesia dan menggambarkan karakteristik unik Indonesia," kata Andreas Jonathan dari MasterPeace Indonesia.

Andreas meyakini kekuatan seni mural dengan tema Bhineka Tunggal Ika akan menggelorakan kembali semangat persatuan dan nasionalisme masyarakat Indonesia. Misi itu, menurut dia, relevan dengan kondisi Bangsa Indonesia saat ini yang tengah menghadapi tantangan dalam merawat keberagaman dan persatuan.

"Masyarakat tidak punya kekuatan politik. Tetapi kita punya tembok dan cat, sehingga dengan kemampuan seni kita bisa ikut memberikan pesan kepada masyarakat bahwa kita punya Bhinneka Tunggal Ika," kata dia.



(T.L007)