Pekerjaan rumah DIY kembangkan "industri pariwisata"

id pariwisata

Pekerjaan rumah DIY kembangkan "industri pariwisata"

ilustrasi (antarayogya.com)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki pekerjaan rumah membangun dan mengembangkan "industri pariwisata" menyambut keberadaan bandara baru di Kabupaten Kulon Progo yang ditargetkan mulai beroperasi 2019.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata di lima kabupaten/kota, khususnya Kabupaten Kulon Progo dapat mulai menyiapkan sumber daya manusia (SDM) sektor pariwisata yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris dan Mandarin sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan tetamu, misalnya.

Saat ini, trend terbaru pariwisata setempat adalah mendapat kunjungan wisatawan dari Tiongkok, Australia, Jepang, Amerika dan Eropa, sehingga membutuhkan pemandu wisata yang mahir berbahasa Inggris dan Mandarin.

Genderal Manajer Komersial Bandara I Gusti Ngurah Rai Rahardhian Dewanto Yogisworo di Kulon Progo, Senin, mengatakan pengelolaan airport mencakup "golden triangle" yakni penerbangana, bandara dan pemda. Ketiga pihak ini harus bersinergi supaya industri pariwisata berkembang pesat dan maskapai penerbangan tertarik.

"Peran pemda sendiri mendukung sosial budaya, sumber daya manusia (SDM), serta pengembangan daya tarik daerah agar maskapai penerbangan tertarik masuk," kata Yogisworo.

"Suatu daerah harus memiki daya tarik, supaya maskapai penerbangan masuk. Dengan demikian Pemkab Kulon Progo harus mulai menyiapkan sektor pariwisata dan infrastruktur," kata Yogisworo.

Menurut dia, bukan hal yang mudah untuk membuat maskapai penerbangan masuk ke suatu daerah bila daerah itu tidak memiliki daya tarik. Tidak mudah bagi kita mengalahkan Singapura dan Malaysia, tambahnya.

"Kita harus jualan, apa yang bisa dijual di dunia internasional, misalnya apa yang bisa dijual dari Kulon Progo sampai Candi Borobudur," kata dia.

Pemkab Kulon Progo dan Dinas Pariwisata memiliki peran penting dalam membuat perencanaan untuk pengembangan wilayahnya, misalnya di sepanjang akses menuju bandara, bisa diciptakan tempat-tempat yang memiliki daya tarik wisata sehingga perjalan menuju bandara tidak terasa jauh dan ada pilihan obyek wisata.

Untuk mengembangkan wilayahnya sebagai daerah tujuan wisata, akses menuju Kulon Progo harus dipikirkan dari sekarang, mengingat objek wisata DIY saat ini masih berpusat di sekitar Prambanan-Borobudur dan Gunung Merapi Sleman.

"Sebagai pengusaha bandara, tidak hanya sekedar memikirkan bandaranya saja, tapi juga memikirkan akses menuju bandara," katanya.

Menurut dia, pembangunan tol sangat penting untuk akses menuju bandara, jalan diperlebar dengan enam jalur.

"Tujuan ke Yogyakarta itu untuk berwisata. Dengan lalu lintas penerbangan di Yogyakarta berkisar 8 juta per tahun, kami yakin tiga sampai empat tahun lagi bandara beroperasi akan menjadi tujuan wisata," katanya.

Memilihat dari potensi wisata dan infrastruktur jalan yang saat ini, ia pesimistis wisatawan akan tinggal lama di Yogyakarta.

"Makanya, turis yang datang ke Yogyakarta dari Bali itu hanya satu hari. Mereka berkunjung ke Prambanan dan Borobudur, kemudian balik terbang lagi ke Bali," katanya.

Pemkab dan Dinas Pariwisata Kulon Progo perlu memikirkan infrastruktur jalan dan objek wisata yang inovatif dan kreatif, supaya turis mau tinggal lebih lama di Yogyakarta.

"Di Bali, turis menginap empat sampai lima hari. di Yogyakarta, turis paling lama tinggal tiga hari," katanya.

Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan bahwa Pemkab Kulon Progo tengah membangun infrastruktur Bedah Menoreh dalam rangka membangun akses wisata di wilayah itu.

Jalan Bedah Menoreh ini akan menghubungkan bandara-Temon-Kokap-Giirimulyo-Samigaluh-Kalibawang-Borobudur sejah 63 kilometer.

Pembangunan tersebut mendapat sambutan dari masyarakat di kawasan Bukit Menoreh yang secara swadaya mulai mengembangkan berbagai objek wisata, baik yang berupa curug, gua dan wisata alam.

"Wisata di Kulon Progo mulai berkembang pesat di wilayah utara. Kami juga mulai mengimbangi dengan membangun infrastruktur," katanya.



Identifikasi objek wisata

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Beppeda) Kabupaten Kulon Progo mengidentifikasi dan memetakan jalan-jalan dan titik-titik lokasi di Kecamatan Samigaluh yang dapat menjadi penopang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur, Jawa Tengah.

Kepala Bappeda Kulon Progo Agus Langgeng Basuki mengatakan Bappeda juga mencari posisi yang menarik untuk melihat Borobudur dari atas.

"Setelah identifikasi dan pemetaan, kami akan usulkan kepada tim percepatan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur untuk mendapat persetujuan dan dibiayai pembangunannya," kata Langgeng.

Ia mengatakan identifikasi dan pemetaan menindaklanjuti ditetapkannya Salaman, Bener, dan Tritis (Samigaluh) sebagai kawasan penopang KSPN Borobudur oleh Kemenko Maritim dan Sumber Daya.

Langgeng mengatakan KSPN Borobudur ada dua kawasan, yakni kawasan otorita dan kawasan koordinatif. Kawasan otorita sudah disepakati meliputi tiga kabupaten yakni Magelang di wilayah Kecamatan Salaman, Kulon Progo di Samigaluh, dan Purworejo di Bener.

"Prinsipnya Candi Borobudur merupakan cagar budaya yang dilindungi oleh UNESCO karena termasuk 10 keajaiban dunia. Dengan kondisi itu, ada ketentuan maksimal jumlah pengunjung, sehingga perlu ada kawasan di luarnya yang menjadi otorita pemerintah dalam pengembangan KSPN Borobudur," kata dia.

Terkait program pembangunan jalan Bedah Menoreh, kata Langgeng, akan tetap jalan karena sudah sinkron dengan program KSPN Borobudur. Program bedah menoreh sendiri berfungsi untuk menghubungkan akses bandara dengan Yogyakarta wilayah utara dan wilayah perbatasan Jawa Tengah, sebagai akses bandara menuju Borobudur, dan untuk mengembangkan potensi wisata di kawasan Pegunungan Menoreh.

"Meskipun dalam perencanaan nasional di Kementerian PU-PR belum masuk perencanaan, 2017, tapi secara bertahap dialokasikan di APBD. Ide program ini juga ansih dari Kulon Progo, tapi harapannya ke depan mendapat dukungan dari Pemda DIY dan Pusat," imbuhnya.



Skema Bedah Menoreh

Sekrekatis Daerah (Sekda) Kulon Progo Astungkara mengatakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo masih mencari skema penembangan kawasan utara atau Bedah Menoreh. Saat ini, pihaknya masih mengkaji apakah akan dibuat rencana induk sedangan sistem hinterland atau parsial.

"Saat ini, Bedah Menoreh masih menginduk rencana detail tata ruang (RDTR) masing-masing kecamatan, mulai dari Temon-Kokap-Girimulyo-Samigaluh-Kalibawang," kata Astungkara.

Ia mengatakan pemkab sudah membuat Perda RDTR Dekso dan RDTR Samigaluh sebagai Kota Satelit. Perda ini sudah ada rencana detail teknis (DED) pengembangan kawasan.

"Pembuatan RDTR Dekso dan RDTR Samigaluh gayung bersambut dengan KSPN Borobudur," kata dia.

Selain itu, pemkab juga akan mengakses anggaran dari Pemda DIY, dan menyediakan anggaran melalui APBD. Tujuannya yakni Bedah Menoreh cepat selesai dan sinergi dengan program pengembangab Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudhur yang dananya mencapai triliunan.

"Kami berharap Bedah Menoreh dengan KSN Borobudhur dapat sinergis. Kami belum tahu alokasi anggaran untuk Bendah Menoreh dari KSN Borobudhur," katanya.

"Kami mengusulkan pengembangan Sendangsono, Suroloyo, Gua Kiskendo, Bedah Menoreh, jalur Sentolo-Ngeplang," katanya.

Ia mengatakan pemerintah pusat telah memiliki program tujuh plus tiga wilayah kawasan, yakni Toba, Borobudur. Program tersebut memiliki efek pengembangan kawasan selatan.

Khusus Program Bedah Menoreh, Pemkab Kulon Progo akan mengembangkan Ibu Kota Samigaluh dan Ibu Kota Dekso. Saat ini , pemkab sedang menyusun DED.

Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Krissutanto mengatakan kawasan perbukitan menoreh memang kaya akan potensi wisata. Selain wisata alam berupa curug, bukit, hingga gua, ada pula perkebunan teh, kopi, cengkih, dan durian yang bisa dioptimalkan sebagai agrowisata.

Krissutanto mengungkapkan, masyarakat juga semakin kreatif dalam mengembangkan obyek wisata secara mandiri. Angka kunjungan wisata pun terus mengalami peningkatan. "Kami berikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkembang. Kami akan berikan pendampingan dan pembinaan, khususnya terkait sapta pesona," kata Krissutanto.

Selain itu, rencana detail teknis (DED) Sendangsono-Suroloyo sudah selesai disusun Dinas Pekerjaan Umum.

"Kawasan wisata religi belum kami sentuh dengan pembangunan fisik. Tapi DED sudah selesai dibuat, dan isinya sangat detail dan bagus," katanya.

Ia mengatakan DED Sendangsono-Suroloyo selesai dibuat sejak 2015. DED tersebut membuat rencana pembangunan infrastruktur jalan, sarana dan prasarana penunjang hingga model bangunan yang boleh dikembangkan di sana.

Di kawasan Sendangsono-Suroloyo tidak diperkenankan ada bangunan hotel, melainkan diarahkan untuk membangun penginapan model homestay.



Siapkan IKM

Dinas Perdagangan Kabupaten Kulon Progo menyiapkan sumber daya manusia sektor industri kecil menengah yaitu pelaku IKM sebagai penggerak perputaran ekonomi di sebuah objek wisata. Dinas Perdagangan memberikan pelatihan peningkatan keterampilan, seperti pelatihan kepada perajin gula semut "Sari Aren" Nglinggo Barat, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh.

Kepala Dinas Perdagangan Kulon Progo Niken Probo Laras mengatakan pelatihan ini bertujuan agar perajin gula semut memanfaatkan peluang keberadaan Bandara Internasional di Kulon Progo dan ditetapkannya Kawasan Borobudur sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional serta pembangunan Bedah Menoreh.

Ia mengatakan pelatihan ini di samping mengenalkan cara pembuatan gula semut dari nira aren juga dipraktikkan pengembangan produk gula semut aren sebagai bahan baku produk kombinasi minuman instan dengan berbagai rasa, seperti jahe, kunir dan kencur.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan Kulon Progo Dewantoro mengatakan pihaknya memberikan pelatihan-pelatihan kepada pelaku industri kecil dan menengah untuk mengolah potensi lokal untuk diproduksi supaya memiliki nilai jual dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Kami memberikan pelatihan pemanfaatan bahan baku untuk produk - produk yang bisa dipromosikan dan laku untuk mendukung KSPN Borobudur. Masyarakat harus siap menyambut Bukit Menoreh sebagai pusat wisata baru," kata Dewantoro.

Ia mengatakan potensi di Bukit Menoreh sangat banyak, serti empon-empon (umbi-umbian untuk bumbu masak dan jamu), teh, kopi, bunga krisan, durian, kelengkeng hingga minyak atsiri. Bahan baku lokal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan Bukit Menoreh, yakni Kecamatan Kokap, Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan dan Girimulyo.

"Adanya KSPN Borobudur, sepanjang jalan di kawasan Bukit Menoreh "uang berceceran". Untuk itu, kami mulai mempersiakan sumber daya manusia (SDM) dari sisi ketrampilan supaya mereka tidak hanya menjadi penonton saat wisata Bukit Menoreh menjadi tujuan utama wisata," katanya.

Rencananya, lanjut Dewantoro, Dinas Perdagangan akan mendampingi masyarakat Jatimulyo, Girimulyo mengembangkan kawasan usaha rakyat untuk konoditas "empon-empon", yakni mengajari masyarakat membuat jamu dan bagaimana pengemasan, serta penjualan.
KR-STR