Bantul petakan 217.000 bidang lahan pertanian berkelanjutan

id lahan pertanian

Bantul petakan 217.000 bidang lahan pertanian berkelanjutan

Pertanian (Foto Antara/Wahyu Putro)

Bantul (Antara) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera memetakan sekitar 217.000 bidang sawah untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan di daerah itu

"Tim sudah melakukan survei kecil sebelum menerjunkan pasukannya ke lapangan untuk memetakan lahan pertanian berkelanjutan itu, dan kita berencana kalau sesuai kontrak itu ada sekitar 217.000 bidang," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Selasa.

Ia menjelaskan untuk melakukan pemetaan bidang sawah itu para petugas maupun mantri tani sudah melakukan koordinasi dan laporan awal, untuk kemudian segera melangkah melakukan pemetaan pada minggu depan.

"Intinya seperti itu, jadi yang sekitar 217.000 bidang itu nanti juga dipetakan beserta pemiliknya. Jadi sudah terdeteksi itu pemiliknya siapa, berapa luasnya dan berapa produksinya itu sudah terkaver," katanya.

Ia mengatakan langkah pemetaan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam Perda DIY nanti harus ada lahan hijau abadi seluas 13 ribu hektare di Bantul itu ditargetkan selesai pada 2017.

Pulung menambahkan gambar lahan pertanian pangan berkelanjutan yang sudah dilengkapi batas-batas lahan hijau dan lahan kuning sudah disusun Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul.

"Setelah itu jadi, nanti di 2018 jadi materi Perda Tata Ruang. Jadi ini dalam rangka identifikasi pemilik, luas dan produksi, karena kalau pagar batas-batasnya sudah jadi tahun kemarin. Dan di dalam lahan hijau itu ada pemilik," katanya.

Pulung mengatakan dari hasil pemetaan awal sesuai gambar itu, nantinya diprediksi lahan pertanian pangan berkelanjutan mencapai di atas 12 ribu hektare dari total lahan pertanian di Bantul saat ini yang 15 ribu hektare.

"Namun yang 217 ribu bidang sawah itu angka baru, karena itu belum lama kita hitung, akan tetapi nanti bisa tidak sampai itu, mungkin 200 ribu atau bahkan bisa lebih, karena itu hasil kajian awal kami," katanya.

(KR-HRI)