DIY pertimbangkan gandeng swasta perbaiki SPDN

id spbu

DIY pertimbangkan gandeng swasta perbaiki SPDN

Ilustrasi FOTO ANTARA/ ()

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta mempertimbangkan untuk menggandeng pihak swasta dalam upaya memperbaiki Solar Packed Dealer Nelayan di Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul, yang rusak.

"Ada proposal dari swasta yang masuk, dan sudah mendapat rekomendasi dari Pertamina," kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY Suwarman Partosuwiryo di Yogyakarta, Jumat.

Menurut Suwarman, saat ini dua opsi sedang disiapkan untuk skema pembiayaan untuk memperbaiki dan mengoperasionalkan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Pelabuhan Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul, yakni menggunakan APBD dengan menggandeng koperasi perikanan daerah atau menyerahkan ke swasta.

Menurut Suwarman kedua opsi ini sampai sekarang masih digodok di DKP DIY.

Untuk pengoperasian kembali stasiun pengisian solar nelayan itu, DKP DIY akan mengusulkan anggaran Rp450 juta. Dana itu khususnya untuk memperbaiki mesin dispenser serta atap sarana pengisian solar itu yang saat ini rusak sejak April 2017.

"Kalau ada aturannya yang jelas saya mending memilih swasta karena pasti jalan, nanti bisa dengan model sewa lahan. Kami mengusulkan (perbaikan) ke pemerintah, tapi realisasinya tahun 2018," kata dia.

Menurut dia, tidak ada masalah dikelola swasta atau koperasi asal tetap mampu memberikan harga subsidi kepada nelayan dengan kapal di bawah 30 grosston (GT).

Ia mengatakan SPDN di Pelabuhan Sadeng, Gunung Kidul merupakan satu-satunya yang dimiliki DIY. Stasiun pengisian solar nelayan itu dibangun satu paket dengan Pelabuhan Sadeng pada 2001, namun sejak 2016 tidak difungsikan karena mengalami kerusakan.

Menurut Suwarman, stasiun Pelabuhan Sadeng dengan kuota solar mencapai 32.000 liter per bulan tersebut bisa melayani kapal nelayan mulai ukuran 10 grosston (GT) hingga di atas 30 GT selama 24 jam.

Selama tidak mendapatkan pelayanan dari stasiun tersebut, secara kolektif nelayan di DIY baik di Gunung Kidul, Kulon Progo maupun Bantul terpaksa membeli solar di SPBU yang berlokasi tidak jauh dari pantai.

Hal ini cukup memberatkan nelayan, selain terkendala waktu para nelayan juga harus membayar lebih mahal. Bahkan, belum lama ini ada nelayan kapal tempel yang mengeluhkan harga BBM jenis pertalite dijual sampai Rp11 ribu per liter.

"Ada nelayan yang komplain harga pertalite sampai Rp11 ribu, berarti kan pakai harga industri. Padahal kapal-kapal yang berada di bawah 30 GT, bisa pakai BBM bersubsidi. Ini tidak perlu terjadi kalau ada SPDN atau memakai rekomendasi," kata dia.
L007
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024