Dispar kembangkan Nglinggo-Tritis sebagai pusat camping mewah

id kemah

Kulon Progo (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewacanakan pengembangan kawasan Kebun Teh Nglinggo-Tritis sebagai pusat wisata "offroad" dan camping mewah.

Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Rochandy Gunung di Kulon Progo, Selasa, mengatakan pengembangkan kawasan Menoreh, menurut dirinya jangan sampai merusak ekosistem yang ada.

"Ekosistem Menoreh sangat menarik dan unik. Di kawasan tersebut bisa ditawarkan wisata petualangan gabungan offroad dan camping mewah atau glamping," tuturnya.

Ia mengatakan witasa petualangan ini akan menawarkan sensasi wisata alam dan adrenalin bagi wisatawan. Wisatawan yang turun dari bandara atau stasiun dijemput oleh pengelola wisata dengan kendaraan offroad.

Malamnya, wisatawan menginap di camping mewah atau glamping yang didesain seperti rumah sendiri, dan disuguhi hidangan kambing guling.

Gagasan ini masih harus dimatangkan supaya membawa dampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan harapannya mengurangi angka kemiskinan.

Menurutnya, wisata kebun teh yang sudah berkembang saat ini sudah bagus, namun belum optimal menarik wisatawan yang berkunjung ke DIY.

"Wisatawan yang masuk ke DIY, hanya lima persen yang masuk ke Kulon Progo dan terdistribusi diberbagai objek wisata. Untuk itu, pengembangan potensi wisata di Kulon Progo butuh terobosan dan kerja keras, serta kerja sama semua pihak," ujar Gunung.

Dia mengatakan dirinya sudah melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku wisata di kawasan Bukit Menoreh, salah satunya pemilik kendaraan offroad. Mereka menerima gagasan ini. Salah satunya, ada warga yang menawarkan tanah seluas 1.000 meter persegi untuk kawasan glamping.

"Kami akan berjuang untuk percepatan pengembangan pariwisata Kulon Progo ke depan," ucapnya.

Sementara itu, Koordinator Offroad Desa Nglinggo Melky Binaro mengatakan dirinya dan pelaku wisata Kebun Teh Nglinggo lain sudah mulai mengembangkan wisata offroad di kawasan hutan pinus sejak beberap tahun terakhir.

Ia mengatakan pihaknya menawarkan tiga rute atau "tracking" offroad yakni tracking wisata, tracking wisata ekstrim dan tracking religi.

"Jalur-jalur offroad ini memiliki karakteristik yang menggugah adrenalin pengunjung. Kami jamin, pengunjung akan ketagihan untuk berkunjung kembali," tutur Melky.

Ia mengatakan tracking wisata dari Desa Wisata Nglinggo berupa bentangan kebun teh menuju Puncak Suroloyo menawarkan keindahaan alam di atas Bukit Menoreh dan berakhir di Borobudhur Magelang.

Di awal perjalanan, para penggemar offroad akan merasakan jalan yang terbilang mudah karena belum terdapat trek ekstrem dan hanya dihiasi oleh beberapa gelombang kecil.

Mereka bisa bersantai mengendarai kendaraannya sambil menikmati indahnya pemandangan perkebunan teh yang asri dan hijau lengkap dengan udara yang sangat sejuk. Pemandangan Bukit Menoreh juga bisa disaksikan dari ketinggian.

"Untuk tracking wisata, pengunjung dikenai biaya Rp550 ribu per tiga orang. Perjalanan sangat menantang, bagi pecinta offroad pemula tracking wisata ini menjadi pilihan," kata dia.

Selanjutnya, kata dia, tracking wisata ekstrim mulai dari hutan pinus Nglinggo menuju dua air terjun yakni Air Terjun 44 dan Air Terjun Clanceng Putih. Pecinta offroad bisa juga bermalam dengan berkemah.

"Pecinta offroad hanya dikenai biaya Rp750 ribu untuk tiga orang. Tracking yang paling digemari yakni tracking wisata ekstrim," imbuhnya.

Tracking ketiga, kata Melky, yakni tracking offroad religi, khusus bagi umat Katolik dan Kristiani. Tracking ini mulai dari Sedang Sriningsih-Gua Maria-Sendangsono-Suroloyo-Nglinggo. Biaya yang dikenakan yakni Rp1,5 juta.

"Biasanya, tracking ini yang memesan adalah pihak gereja. Kami hanya menyediakan mobil," tambahnya.
KR-STR