Produksi garam DIY diproyeksikan sumbang kebutuhan nasional

id produk garam DIY

Produksi garam DIY diproyeksikan sumbang kebutuhan nasional

Polri menyegel barang bukti ribuan ton garam karena diduga menyalahgunakan garam industri menjadi garam konsumsi untuk diperdagangkan. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc/17.)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta meyakini produksi garam di daerah setempat untuk jangka panjang dapat diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan garam nasional.

"Untuk jangka menengah dan panjang targetnya bisa menyumbang kebutuhan garam daerah-daerah lain, bukan hanya untuk masyarakat Yogyakarta," kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY Suwarman Partosuwiryo di Yogyakarta, Jumat.

Menurut Suwarman, dengan tingkat salinitas atau kadar garam yang tinggi, produksi garam yang akan dilakukan di sepanjang Pantai Selatan DIY, khususnya Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo ditargetkan mampu menghasilkan garam dengan kualitas premium. "Selain untuk kebutuhan garam industri, produksi garam memang kami arahkan ke premium dengan harga yang tinggi," kata dia.

Menurut dia, DKP DIY telah memetakan enam titik lokasi produksi garam di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.

Di Gunungkidul rencananya ada di Pantai Sepanjang dan di Pantai Nguyahan atau Ngrenehan (Kecamatan Saptosari). Di Bantul ada Pantai Samas dan Pantai Goa Cemara, sedangkan di Kulon Progo itu ada di Pantai Trisik dan Pantai Bugel.

Untuk saat ini, kata dia, meski volumenya masih rendah, produksi garam sudah dilakukan di Pantai Sepanjang, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul. Selama ini, hasil produksi garam di Pantai Sepanjang telah dipasok untuk kebutuhan budi daya ikan kerapu di Jalan Kaliurang.

"Sekarang (produsi garam) di Pantai Sepanjang sudah jalan terus," kata dia.

Menurut Suwarman, terkait produksi garam tersebut, DKP DIY telah memberikam pelatihan sejumlah kelompok nelayan di Gunungkidul. Setelah kegiatan produksi garam di Gunungkidul dirasa berhasil, baru kemudian disusul menghidupkan produksi garam di Bantul dan Kulon Progo.

Ia menjelaskan untuk tahap awal, masing-masing titik produksi dibuatkan empat petak garam dengan ukuran 4x6 meter per petak menggunakan tanah Sultan Ground (SG) dan Pakualaman Ground (PAG), khusus untuk di Kulon Progo. "Poduksi garam dengan skala lebih besar kemungkinan baru bisa dimulai pada Februari 2018 karena pada November dan Desember diperkirakan sudah memasuki musim hujan," kata dia.

(T.L007)