149 UKM Bantul peroleh bantuan sertifikasi tanah

id sertifikat

149 UKM Bantul peroleh bantuan sertifikasi tanah

Ilustrasi sertifikat tanah (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

Bantul (Antara) - Sebanyak 149 usaha kecil menengah di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperoleh bantuan fasilitasi pembuatan sertifikat tanah melalui Badan Pertanahan Nasional setempat.

Ketua Tim Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) Badan Pertanahan Nasional (BPN) Bantul Toni Warman di Bantul, Kamis, mengatakan instansinya telah menggandeng Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Bantul untuk memfasilitasi pembuatan sertifikat tanah bagi pelaku usaha.

"Sertifikat tanah ini nanti bisa menjadi agunan di bank untuk pinjam modal guna memperluas usahanya. Dari 149 warga penerima sertifikat tanah ini rata-rata memiliki lahan sekitar 300 meter persegi," katanya usai Pelatihan Merajut dan Penyerahan Sertifikat Tanah bagi pelaku usaha di Desa Wukirsari, Bantul.

Menurut dia, selama ini mereka hanya memiliki letter C dan belum ada sertifikat atau dokumen resmi kepemilikan hak atas tanah sehingga dengan fasilitasi ini nantinya warga yang kesulitan modal dapat mengagunkan sertifikatnya.

Ia mengatakan dalam pembuatan sertifikat tanah tersebut mulai dari biaya pengukuran tanah, blanko sertifikat dan sebagainya dibiayai oleh pemerintah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

"Sementara untuk biaya patok, materai ditanggung warga yang telah membentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setelah mereka mendapatkan sertifikat," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Wukirsari Imogiri Bayu Bintoro mengatakan ada sekitar 350 warga yang membuat kerajinan rajutan seperti tas, sepatu, dompet dan sebagainya. Kegiatan membuat kerajinan rajutan di Desa Wukirsari sudah berjalan lima tahun.

"Kami mencoba mengangkat kerajinan rajut dan memberdayakan sekitar 350 ibu rumah tangga. Sebelumnya ibu-ibu ini tidak punya pekerjaan sampingan, namun sejak mengerjakan kerajinan rajutan, mereka memiliki pendapatan tambahan," katanya.

Namun demikian, kata dia, diakui kerajinan rajutan masih terkendala dari sisi pemasaran karena pemasaran saat ini baru terbatas diambil pengepul, padahal permintaan kerajinan rajut dari luar Jawa seperti Kalimantan, Bali, Sumatera, dan Jakarta tinggi.

"Produk yang paling banyak dicari adalah sepatu dan tas. Untuk sepatu kisaran harga dari perajin Rp80.000 per pasang dan tas Rp350.000 per buah untuk kualitas premium," katanya.

(KR-HRI)