Pemkab Kulon Progo menginisiasi Kongres Jemparingan Nusantara

id Kulon Progo

Pemkab Kulon Progo menginisiasi Kongres Jemparingan Nusantara

Kabupaten Kulon Progo (Foto Istimewa)

Kulon Progo (Antara) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menginisiasi penyelenggaraan Kongres Jemparingan Nusantara untuk mengangkat budaya Nusantara.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Jumat, mengharapkan kongres ini menghasilkan stategi yang lebih baik, sehingga jemparingan cepat berkembang dan dampaknya lebih besar.

"Jemparingan Nusantara asalnya jemparingan kemataraman. Jemparingan tradisional, ada lebih dari 40 komunitas jemparingan yang sudah mendaftar untuk hadir di Kulon Progo. Kegiatan ini adalah konggres pertama kali untuk jemparingan di Indonesia, yang dinamakan konggres Jemparingan Nusantara yang pertama," katanya.

Hasto juga berharap konggres ini mampu menghasilkan beberapa produk kebijakan, mulai dari membangun struktur kepengurusan, sehingga di jemparingan punya struktur yang jelas, ada anggaran dasar anggaran rumah tangga, dan bersama-sama membahas program kerja yang perlu dikerjakan, untuk melestarian tradisi jemparingan dalam skala yang lebih besar.

"Kami mengajak semua pihak mendukung kegiatan ini karena sebagai budaya yang berkepribadian Indonesia, olahraga tradisional, yang berbudaya nusantara," katanya.

Ketua Formatur Jemparingan Nusantara dari Langenastro Yogyakarta, Hafiz Prihatomo menyampaikan sangat berterimakasih kepada pemerintah Kabupaten Kulon Progo, karena sudah memfasilitasi semua kebutuhan untuk membangun kongres, dari hari pertama, kedua, dan hari ketiga ditutup dengan gladen jemparingan.

Hafiz mengatakan diawali keinginan membangun sebuah wadah secara nasional yang diharapkan dapat menjembatani kebutuhan paguyuban-paguyubab di daerah, berproses, akhirnya sampai kongres.

"Dari kongres diharapkan dapat melakukan kegiatan yang sinergis, tidak sporadis, antar daerah dengan kegiatan kecil, tapi bisa susun strategi yang lebih baik, untuk skala nasional. Harapannya gerakan ini akan lebih besar, lebih cepat, dan juga dampaknya lebih besar," harap Hafiz.

Anggota Paguyuban Jemparingan Brotodiningrat Tukiman mengatakan jemparingan memang awalnya dari keraton, yang pertama jegolan kemudian berubah menjadi jemparingan tetapi yang jegolan masih tetap ada ciri khas Keraton Yogyakarta, jemparingan semi nasional, perubahannya dulu dari Kanjeng Gusti Pakualam VIII terus masuk PON.

"Harapan ke depan jemparingan tetap eksis, semakin besar, jangan sampai hilang, terus bisa masuk ke PON lagi. Itu harapan kami dari seluruh penggemar dan pemain jemparingan, kalau masuk PON otomatis bisa masuk nasional," katanya.

Ia mengatakan perbedaan panahan dan jemparingan adalah jika panahan berdiri, di jemparingan duduk bersila. Kalau di panahan alat yang digunakan juga berbeda, karena di jemparingan dengan alat dan bahan dari trasdisional dari bambu.

"Di panahan target pakai kotak, sedang di jemparingan memakai bandul," kata dia.

(KR-STR)