BPBD menggandeng masyarakat membangun sistem peringatan dini

id BPBD

BPBD menggandeng masyarakat membangun sistem peringatan dini

Ilustrasi--BPBD (antaranews)

Yogyakarta (Antara) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menggandeng para relawan dan komunitas masyarakat membangun sistem peringatan dini secara mandiri untuk menurunkan tingkat risiko bencana saat memasuki musim hujan.

Kepala Bidang Operasional Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Endro Sambodjo, di Yogyakarta, Senin, mengatakan pelatihan pembuatan sistem peringatan dini atau "early warning system" mandiri penting untuk memudahkan masyarakat melakukan pencegahan guna menyelamatkan diri saat terjadi bencana alam.

"Dengan `early warning system` yang dibuat dan disepakati sendiri oleh masyarakat lebih mudah mengoperasikannya saat ada tanda bencana," kata Indro.

Menurut Indro, saat memasuki musim hujan ada tiga potensi bencana hidrometeorologi yang akan muncul di DIY, yakni tanah longsor, banjir, dan angin kencang atau puting beliung sehingga kesiapsiagaan dengan penguasaan mitigasi bencana perlu dipersiapkan mulai sekarang.

"Yang jelas saat hujan turun sampai enam jam masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana harus siaga," kata dia.

Indro mengatakan untuk saat ini yang terpantau memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi, khususnya longsor ada di sejumlah kecamatan, yakni Kecamatan Samigaluh, Kokap, Kalibawang, dan Girimulyo (Kabupaten Kulon Progo), Kecamatan Gedangsari (Kabupatenb Gunung Kidul), Kecamatan Imogiri (Kabupaten Bantul), dan Kecamatan Prambanan (Kabupaten Sleman).

"Untuk Kota Yogyakarta lebih dominan bencana banjir atau luapan air," kata dia.

Memasuki musim hujan, menurut dia, BPBD DIY berkoordinasi dengan komunitas masyarakat dan relawan akan terus memperbarui data zona rawan bencana dengan melakukan pemetaan di lima kabupaten/kota. "Meskipun memasuki masa pancaroba sampai sekarang belum ada laporan peristiwa bencana di DIY," kata dia.

Saat ini, kata dia, yang masih diintensifkan adalah pembuatan sistem peringatan dini secara mandiri dengan menggandeng relawan dan komunitas masyarakat. Ia memperkirakan sebanyak 198 komunitas masyarakat atau kelompok relawan seperti taruna siaga bencana (Tagana) di DIY yang dilibatkan.

"Meski kami juga menyiapkan alat (early warning system) sendiri, komunitas masyarakat kami minta untuk membuat kesepakatan, alat apa yang paling mudah mereka gunakan sebagai penanda bencana," kata dia.

Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan awal musim hujan, kata dia, akan terjadi pada akhir Oktober sampai atau pertengahan November 2017. Wilayah-wilayah yang masuk ke musim hujan terlebih dulu diantaranya Sleman bagian utara (kawasan Merapi), sebagian besar Sleman, Kulon Progo, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Menurut Joko, saat ini rata-rata curah hujan di DIY masih di bawah 50 milimeter per dasarian (10 hari) dan saat memasuki awal musim hujan nanti curah hujan akan meningkat menjadi 50 hingga 70 milimeter per dasarian.

"Meskipun curah hujan rendah, namun akan sering muncul baik siang atau malam hari. Nanti sedikit demi sedikit curah hujan akan meningkat di dasarian berikutnya," kata dia.

(L007)