52 hektare lahan pertanian puso akibat banjir

id sawah terendam

52 hektare lahan pertanian puso akibat banjir

Ilustrasi sawah terendam (antaranews.com)

Bantul (Antara) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat lahan pertanian seluas 52 hektare di daerah ini mengalami gagal panen akibat terendam banjir usai dilanda hujan deras beberapa waktu lalu.

"Kalau lahan pertanian yang masih kena dampak banjir itu kan seluas 106 hektare, tetapi yang sudah bener-benar puso tadi saya sampaikan seluas 52 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Senin.

Menurut dia, hujan deras disertai angin kencang akibat dampak badai Siklon Tropis Cempaka pada 28 NOvember di Bantul mengakibatkan banjir genangan, selain merendam pemukiman, juga merendam tanaman pangan.

Ia mengatakan, lahan pertanian yang mengalami gagal panen karena banjir terdiri mayoritas tanaman padi, dan sebagian tanaman cabai dan jagung. Tanaman tidak terselamatkan karena terendam dalam waktu lama.

"Itu karena memang berada di daerah rendah, mayoritas berada di wilayah Kecamatan Kretek, kalau jagung itu ada di Pundong. Jadi tanaman itu khususnya padi sudan mulai berbuah, namun karena banjir tidak bisa dipanen," katanya.

Pulung menjelaskan, sedangkan lahan pertanian sisanya yang terkena dampak banjir, hingga saat ini belum dipastikan apakah mengalami gagal panen, meski begitu diperkirakan akan berpengaruh terhadap produktifitas panen.

"Lahan pertanian yang 52 hektare puso itu termasuk dalam 106 hektare, jadi yang sekitar 50 hektare sisanya masih bisa diselamatkan dan mungkin mengalami penurunan, namun akan kita lihat, mudah-mudahan ini cuaca terang," katanya.

Ia mengatakan, hujan deras karena cuaca ekstrim pada 28 November memang tidak disangka akan berdampak pada kerusakan lahan pertanian karena terendam, meski begitu diakui kerusakan lahan ini lebih sedikit dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Itu karena pola tanam ternyata sesuai, yaitu padi semua, sehingga resiko tidak begitu berat, kalau tahun kemarin kan berbeda, tidka hanya padi, namun sayuran sama bawang merah, kalau sekarang bawang merah hampir tidak ada," katanya.

(KR-HRI)