Dispar usulkan laguna Trisik pengganti Pantai Glagah

id Trisik

Dispar usulkan laguna Trisik pengganti Pantai Glagah

Kalangan masyarakat kawasan Pantai Trisik, Kabupaten Kulon Progo, sulap lahan pasir jadi tambak udang dengan hasil budi daya tembus pasar Amerika dan Cina. (foto Mamiek/Antara)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan mengusulkan pengembangan laguna di kawasan Pantai Trisik sebagai wisata baru pengganti Pantai Glagah dan Congot.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kulon Progo Rohedy Goenoeng di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan sampai detik ini, Pemkab Kulon Progo berusaha mempertahankan objek wisata Pantai Glagah dan Pantai Congot, meski masuk dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) New Yogyakarta International Airport yang dibangun PT Angkasa Pura I.

"Sampai saat ini, PT AP I belum memberikan lampu hijau tetap dipertahankannya Pantai Glagah dan Congot sebagai objek wisata. Semberi menunggu persetujuan AP I, kami mengusulkan pengembangan laguna di Pantai Trisik sebagai wisata baru, sehingga saat bandara beroperasi, Kulon Progo tidak kehilangan momentum," kata Rohedy.

Menurut dia, laguna di Pantai Trisik sangat bagus, apalagi di kelilingi tambak udang yang dikembangkan oleh masyarakat. Laguna Pantai Trisik bisa menjadi wisata kuliner ikan laut dan wisata alam.

"Pengembangan laguna di Pantai Trisik bisa dilakukan oleh pihak ketiga, bisa masyarakat, bisa investor, nanti pemkab membuat regulasi kontribusi kepada pemkab. Hal ini untuk mensiasati keterbatasan APBD untuk pengembangan objek wisata baru," katanya.

Menurut dia, 2018 ini merupakan memontem bagus mengembangkan laguna di Pantai Trisik. Jangan sampai bandara beroperasi, wisatawan semua lari keluar Kulon Progo, seperti Bantul dan Gunung Kidul.

"Pantai Trisik berada di jalur jalan lintas selatan (JJLS). Sehingga, sangat potensi sebagai wisata pantai andalan Kulon Progo kedepannya," katanya.

Rohedy mengatakan kawasan selatan masih sangat seksi untuk pengembangan wisata baru. Hal ini didukung infrastruktur jalan yang bagus dan akses jalannya mudah. Berbeda dengan pengembangan Bukit Menoreh yang membutuhkan modal besar, dan akses jalan juga sulit.

"Jangka panjang pengembangan Bukit Menoreh sangat bagus, tapi Kulon Progo harus menangkap peluang wisata dengan cepat, maka salah satu solusinya pengembangan Trisik," katanya.

Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kulon Progo Edi Priyono mengatakan di kawasan selatan, masyarakat secara mandiri mulai mengembangkan kawasan pantai yang belum dikelola oleh masyarakat, seperti masyarakat Desa Karangwuni, Wates, mengelola Pelabuhan Tanjung Adikarto. Saat pergantian Tahun Baru 2018, pengunjungnya sangat banyak, melebihi objek wisata yang dikelola pemkab.

Selanjutnya, masyarakat Bugel, Panjatan, mengembangkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bugel. Setiap Minggu, masyarakat menggelar senam terapi. Pengelola juga menjadikan kapal mendarat sebagai tontonan kepada pengunjung.

Pengelelola wisata TPI Bugel belum menarik retribusi masuk, hanya mendapatkan pendapatan dari jasa parkir.

"Potensi wisata yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti Dermaga Tanjung Adikarto, TPI Bugel, dan Trisik berkembang baik. Hal ini membutuhkan payung hukum yang jelas, jangan sampai dikemudian hari menjadi masalah baru karena masuk wilayah kontrak karya," katanya.

(U.KR-STR)