Kemtan: perusahaan sawit dituntut berinovasi

id Pertanian,Inovasi

Kemtan: perusahaan sawit dituntut berinovasi

Suasana seminar "Sustainable Palm Oil Insight" di Auditorium Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta. () (Foto Istimewa)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Perusahaan sawit dituntut berinovasi dalam pengelolaan industri kelapa sawit, kata Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedy Junaidi.

"Inovasi perlu dilakukan di sektor hulu, pengembangan industri hilir, dan diversifikasi produk kelapa sawit dari limbah komoditas itu," katanya pada seminar "Sustainable Palm Oil Insight" di Auditorium Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta, Rabu.

Untuk mendukung upaya itu, kata Dedy, pemerintah telah mengimplementasikan dua kebijakan strategis yakni pengamanan bahan baku berupa tarif bea keluar dan dana perkebunan yang proindustri serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Menurut dia, beberapa perusahaan kelapa sawit merespons peluang itu dengan mulai berinvestasi pada teknologi terintegrasi dan terbarukan untuk menghasilkan inovasi pengembangan teknologi di sektor hulu yang berkelanjutan.

Selain itu, inovasi pengembangan produk hilir kelapa sawit dan pemanfaatan limbah yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Ia mengatakan, industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar CPO dunia dengan total kontribusi sebesar 48 persen dari produksi CPO dunia sekaligus menguasai 52 persen pasar ekspor minyak kelapa sawit.

"Areal lahan kelapa sawit di Indonesia saat ini mencapai sekitar 10 juta hektare dengan produksi 180 juta ton per tahun," kata Dedy.

Sementara itu, Ketua Panitia Seminar "Sustainable Palm Oil Insight" Muhammad Mustangin mengatakan, seminar itu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai rantai pasok industri sawit sehingga terjaga keberlanjutannya.

"Hal itu melingkupi sektor hulu, pengembangan industri hilir, dan pemanfaatn `by product` sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomi kepada seluruh pemangku kepentingan dan praktisi sawit," katanya.

Menurut dia, seminar yang berlangsung hingga 18 Januari 2018 itu terselenggara atas kerja sama LPP Yogyakarta, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding.

"Seminar dihadiri sekitar 200 peserta yang terdiri atas pejabat pemerintah, akademisi, peneliti, investor, perusahaan, petani, pelaku usaha, praktisi, pemerhati, dan seluruh pemangku kepentingan dalam industri kelapa sawit," kata Mustangin.

(U.B015)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024