Dinkes Gunung Kidul ingatkan warga waspadai penyakit demam berdarah

id demam berdarah,gunung kidul

Dinkes Gunung Kidul ingatkan warga waspadai penyakit demam berdarah

Ilustrasi nyamuk penyebab demam berdarah (Foto antaranews.com) (antaranews.com)

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue karena diperkirakan akan mewabah pada puncak musim hujan pada Januari-Februari 2018.

Sekretaris Dinas Kesehatan Gunung Kidul Priyanto Madya di Gunung Kidul, Senin, mengatakan hingga pertengahan Januari 2017, sudah tujuh korban yang terserang penyakit yang disebabkan nyamuk aydes aygepty itu.

"Dari tujuh kasus itu tidak sampai ada korban meninggal dunia," katanya.

Ia mengatakan kasus tersebut seluruhnya datang dari wilayah endemis yang memang menjadi langganan demam berdarah.

"Penderita berasal dari wilayah Karangmojo, Semanu dan Wonosari yang merupakan wilayah endemi DBD di Gunung Kidul," kata Priyanta.

Priyanta mengatakan, jika dilihat dari siklus tahunan, pada tahun ini jumlah penderita DBD di Gunung Kidul diperkirakan akan turun dibandingkan sebelumnya. Namun demikian pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.

"Tahun kemarin ada 224 kasus dengan satu orang meninggal dunia. Jumlah itu turun dari 2016 yang mencapai 1.154 kasus. Tahun ini kita perkirakan turun. Namun kita justru harus lebih waspada," imbuh Priyanto.

Menurut dia, tingginya kasus DBD di Gunung Kidul karena masih minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan. Selama ini, masyarakat baru mulai bergerak ketika di wilayahnya sudah ada kasus. Masih belum ada langkah antisipasi dari masyarakat secara mandiri sebagai bentuk pencegahan.

"Cara tebaik untuk melakukan pencegahan adalah dengan program PSN, yakni pemberantasan sarang nyamuk. Hal itu akan jauh lebih efektif menekan risiko wabah DBD," katanya.

Ia mengatakan untuk mengantisipasi penyebaran DBD, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan pembagian abate melalui puskesmas.

"Untuk fogging, kami tidak boleh sembarangan karena nyamuk bisa resisten terhadap obat, ini cukup berbahaya. Fogging hanya bisa dilakukan setelah ada pemeriksaan dari petugas kesehatan," katanya.

Sementara salah seorang warga Wonosari, Aditya mengatakan untuk kebersihan lingkungan di dusunnya diadakan kerja bakti rutin untuk mengurangi sarang nyamuk. "Warga di sini sudah mulai sadar mengenai kebersihan lingkungan," katanya.



(U.KR-STR)