Dinkes Sleman berupaya menurunkan jumlah bayi "stunting"

id Sleman

Dinkes Sleman berupaya menurunkan jumlah bayi "stunting"

Peningkatan perhatian Pemkab Sleman kepada atlet daerah (istimewa)

Sleman (Antaranews Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus berupaya menurunkan jumlah bayi "stunting" (kerdil) yang masih cukup tinggi di daerah ini.

"Hasil riset kesehatan dasar nasional adanya bayi stunting ini masih menunjukan angka yg tinggi. Di tingkat di nasional sekitar 37,2 persen. Sedangkan di Sleman sekitar 11,9 persen," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Bambang Suharjana, Jumat.

Menurut dia, upaya yang dilakukan melalui berbagai sosialisasi, karena langkah ini merupakan salah satu upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting secara dini.

"Kami terus meningkatkan komitmen dan bekerja sama lintas sektor ditingkat Kabupaten Sleman, baik di lingkup kecamatan maupun desa dan selanjutnya meningkatkan keterlibatan praktisi kesehatan dan nonkesehatan serta mitra pembangunan dalam penurunan stunting," katanya.

Ia mengatakan, meskipun demikian, permasalahan gizi (stunting) di Kabupaten Sleman pada 2017 mengalami penurunan.

"Pada 2015-2016 rata-rata berkisar 12 persen kasus stunting ini. Artinya ini sudah ada penurunan lagi dengan perikiraan sekitar 6.000 balita mengalami stunting," katanya.

Nutrisionis Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Sri Mujianto mengatakan sejumlah balita penderita stunting terdapat di lima kecamatan di Sleman yaitu, Minggir, Sayegan, Moyudan, Prambanan dan Kalasan.

"Saat ini kami baru mulai analisis mengapa terjadi di lima kecamatan tersebut," katanya.

Ia mengatakan, beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya permasalahan gizi di suatu daerah. Seperti kemiskinan yang sangat erat kaitannya dengan permasalahan tersebut.

"Sebenarnya banyak sekali faktornya, bisa kemiskinan, pola asuh, pendidikan, dan kami belum tahu faktor mana yang paling berpengaruh," katanya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan permasalahan stunting ini tidak bisa diselesaikan oleh pihak tertentu saja namun, membutuhkan dukungan lintas program dan lintas sektoral.

"Oleh karenanya kami mengajak seluruh pihak terkait untuk dapat bersama-sama menekan kasus stunting serta permasalahan gizi lainnya di Kabupaten Sleman dengan cara berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial masyaralat sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing," katanya.

Sri Muslimatun juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, terutama para ibu yang sedang menanti kehamilan dan yang sedang menjalani masa kehamilan untuk dapat menjaga dan memenuhi nutrisi selama hamil agar dapat menimimalisir kemungkinan permasalahan gizi.

"Edukasi ini juga diharapkan berlanjut pada masa pemberian asi eksklusif enam bulan serta makanan pendamping asi yang sesuai dengan standar `Wold Health Organization` (WHO) sehingga harapannya masyarakat, khususnya para ibu teredukasi," katanya.



(U.V001)
Pewarta :
Editor: Sutarmi
COPYRIGHT © ANTARA 2024