Sultan berharap kegiatan bakti sosial hindari SARA

id Sultan

Sultan berharap kegiatan bakti sosial hindari SARA

Sri Sultan HB X (Foto: jogja.antaranews.com)

Yogyakarta (Antaranewsjogja) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengharapkan setiap kegiatan bakti sosial menghindari penyertaan unsur suku, agama, ras, dan antargolongan untuk mencegah potensi gesekan.

"Di saat ada yang mengadakan kegiatan seperti bakti sosial, alangkah baiknya tidak perlu diimbuhi embel-embel afiliasi pada suku, agama, atau juga latar belakang politik," kata Sultan melalui keterangan yang dirilis Humas Pemda DIY, Jumat.

Hal itu disampaikan Sultan menanggapi kabar di media terhadap kegiatan bakti sosial (baksos) oleh jamaat gereja yang ditolak oleh ormas di Pringgolayan, Banguntapan, Bantul.

"Imbauan saya sama sekali bukan bermaksud untuk menekan keberagaman, justru sebaliknya, secara konteks utuhnya imbauan itu untuk menghargai keberagaman dan toleransi yang ada di Yogyakarta," kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu.

Menurut Sultan, embel-embel afiliasi pada suku, agama, serta latar belakang politik tidak perlu disertakan dalam kegiatan baksos karena masyarakat yang tinggal di Yogyakarta sangat beragam yang terdiri atas berbagai latar belakang suku, agama, daerah, dan golongan.

"Menurut saya secara etika dan secara kultural pun di Yogyakarta ini, kita saling membantu itu sudah menjadi budaya. Kita punya tradisi seperti gotong-royong, sambatan dan grebuhan?itu semua dalam pelaksanaannya selalu berdasarkan prinsip: `sepi ing pamrih, rame ing gawe`," kata Sultan.

Menurut dia, saat bantuan diberikan dengan menyertakan identitas kelompok A atau kelompok B akan berpotensi menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan dikhawatirkan menimbulkan persepsi yang kurang tepat dan terjadi gesekan sosial.

"Imbauan ini saya tujukan bukan untuk satu kelompok saja, tapi semua lapisan masyarakat tanpa kecuali," kata dia.

Sultan menegaskan bahwa semua agama yang diakui di Indonesia harus dihormati. Hal itu berdasarkan pedoman Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Gubernur DIY menambahkan, bahwa Yogyakarta memiliki budaya dialog dalam menyelesaikan setiap permasalahan, untuk itu sebaiknya komunikasi dengan cara yang baik perlu diutamakan.

"Marilah kita sama-sama menjaga keharmonisan bermasyarakat dengan terus menghargai keberagaman dan menjaga toleransi khususnya yang ada di Yogyakarta maupun di Indonesia," kata Sultan.

(L007)