Pemkab : pariwisata sektor pendongkrak perekonomian paling strategis

id wisata

Pemkab : pariwisata sektor pendongkrak perekonomian paling strategis

Wisata Hutan Pinus Kawasan wisata Hutan Pinus, Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta, (Foto ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

Bantul (Antaranewsjogja) - Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan sektor pariwisata yang tumbuh dan berkembang di daerah ini menjadi salah satu sektor pengungkit perekonomian masyarakat yang paling strategis.

"Kalau berbicara terkait pariwisata diakui atau tidak, itu salah satu sektor pengungkit perekonomian yang paling strategis, karena berbagai kegiatan ekonomi bisa bergerak melalui kegiatan pariwisata," kata pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru di Bantul, Rabu.

Menurut dia, sektor pariwisata menjadi pengungkit perekonomian di Bantul itu terlihat adanya pertumbuhan desa wisata atau desa yang mengangkat potensi wisata di daerahnya kemudian dikemas menjadi sebuah kawasan yang menarik dikunjungi.

Meski begitu, diakui, pengembangan pariwisata yang jadi sektor pengungkit perekonomian masyarakat desa masih perlu digiatkan yang dibarengi pengelolaan secara baik, agar bisa maksimal dalam mendorong peningkatan kesejahteraan.

"Dan persolannya kita harus melakukan inventarisiasi secara baik untuk desa-desa di Bantul ini, kalau kita lihat misalnya yang sudah teregistrasi di Dinas itu ada sebanyak 38 desa wisata dari total 75 desa di Bantul," katanya.

Namun demikian, Kwintarto mengatakan, faktanya tidak semua desa wisata yang ada di Bantul dalam kondisi `sehat` dalam pengertian bahwa kawasan wisata perdesaan itu mempunyai tingkat kunjungan wisatawan atau tamu yang cukup besar.

"Kemudian apakah itu berdampak pada perekonomian yang bergerak secara baik, tentu ini menjadi `PR` (pekerjaan rumah) bagi kami di Dinas Pariwisata, dan kita akan terus melakukan berbagai upaya," katanya.

Ia mengatakan, karena tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan desa wisata dengan tujuan peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat desa semakin cepat, yang terkadang dari pengelola maupun kawasan wisata yang ada belum dikelola secara baik.

"Dan kita pesankan bahwa dalam rangka membentuk desa wisata perlu kearifan lokal, misalnya terkait dengan lahan wisata apakah itu milik pribadi atau sewa, itu perlu dipertegas agar tidak jadi masalah di kemudian hari," katanya.

Selain itu, kata dia, dari segi promosi desa wisata harus jelas baik lokasi dan akses menuju ke desa wisata serta kondisi jalan wisata apakah bisa dilalui kendaraan roda empat, karena itu menjadi poin penting dalam memberi kenyamanan wisatawan.

(KR-HRI)