Kulon Progo simulasi tsunami di SD Darat

id Simulasi tsunami

Kulon Progo simulasi tsunami di SD Darat

BPBD Kulon Progo menggelar simulasi bencana tsunami di SD Darat Karawangwuni. (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Bandan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan simulasi tanggap darurat bencana gempa tsunami di SD Negeri Darat Karawangwuni, Wates.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan SD Negeri Darat berjarak 800 meter dari pantai dan masuk zona merah ini, nantinya menjadi sekolah yang tangguh menghadapi ancaman bencana, dapat mengurangi resiko apabila terjadi bencana.

"Kesiapsiagaan itu yang paling penting. Karena berada di daerah pesisir memiliki resiko bencana seperti gempa dan tsunami," katanya.

Simulasi digambarkan terjadi gempa bumi dengan kekuatan 8 SR dan berpusat di selatan Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo. Gempa tersebut bukan hanya memporak-porandakan sekolah yang berada tidak jauh dari pesisir itu, melainkan juga berpotensi menyebabkan tsunami.

Pada saat kejadian, di Sekolah Dasar Negeri Darat diguyur hujan cukup deras disertai angin kencang. Hujan tersebut tidak terlalu lama turun, segera reda namun masih menyisakan langit yang gelap dan penuh awan hitam.

Lalu, muncul secara tiba-tiba, sebuah gerakan tanah terasa begitu kuat dan disertai gemuruh. Bangunan sekolah bergetar dan isi ruangan kelas berantakan.

Lalu, tanpa menghabiskan waktu lebih banyak lagi, ibu guru meminta anak-anak keluar dari kelas mereka dan segera berkumpul di lapangan terbuka yang berada di tengah halaman sekolah.

Saat itu, masih terdengar pula sebuah pengumuman yang muncul dari sebuah pengeras suara di sekolah mengenai gempa bumi berkekuatan 8 SR.

Mereka berkumpul di lapangan terbuka yang berada di tengah halaman sekolah. Kemudian, sejumlah relawan dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah tiba. Seluruh siswa dan guru dievakuasikan, mereka meninggalkan sekolah menggunakan mobil bak terbuka, menjauh dari SD Darat.

"Kami menginginkan yang didaerah pesisir ini, anak muda, generasi muda, anak sekolah harus dilatih untuk bisa tanggap siaga bencana, mewarnai kebiasaan, budaya mereka. Terlebih akan menjadi daerah yang ramai, seperti bandara. Kita tahu bencana tsunami tidak bisa kita hindarkan, resiko dari daerah pantai yang ada di pesisir selatan Pulau Jawa. Jadi harus punya kesiapsiagaan, menurut saya itu yang paling penting," kata Hasto yang juga Kepala BPBD Kulon Progo ini.

Kepala SD Negeri Darat Asrini mengatakan SD Darat terletak di daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga sekolah harus mampu mengatasi kemungkinan resiko terburuk, dengan mengimplementasikan dalam pembelajaran, agar siswa mampu mengatasi dengan tepat, baik pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

"Jadi acuan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Siswa cepat tanggap dan terampil dari resiko dan ancaman bencana alam. Strategi kami dengan membangun komunikasi dengan BPBD, Pemerintah Desa, Komite Sekolah dan pihak terkait. Simulasi dilakukan secara teratur setiap tahun ajaran baru," kata Asrini.



(U.KR-STR)