Muhammadiyah akan bangun tiga pusat aktivitas Kemuhammadiyahan

id Muhadjir

Muhammadiyah akan bangun tiga pusat aktivitas Kemuhammadiyahan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. DOK (ANTARA FOTO)

Oleh Heri Sidik



Yogyakarta, 25/2 (Antara) - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Muhammadiyah akan membangun tiga pusat aktivitas Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang diawali dengan Gedung Pusat Suara Muhammadiyah.

"Rencana ada tiga sentra aktivitas Al Islam dan Kemuhammadiyahan, pendidikan kemuhammadiyahan dalam praktik yaitu ada Perpustakaan Nasional Muhammadiyah, kantor Pusat Suara Muhammadiyah, kemudian Museum Nasional Muhammadiyah," kata Muhadjir saat peresmian Grha Suara Muhammadiyah di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, tiga sentra aktivitas dalam praktik Al Islam dan Kemuhammadiyahan itu terletak di komplek Jalan KH Ahmad Dahlan Yogyakarta yang merupakan kawasan pusat organisasi Islam tersebut.

"Dan tahun ini kami akan memulai pembangunan Perpustakaan Nasional Muhammadiyah, mudah-mudahan bisa segera terealisasi sehingga pada 2019 sudah selesai dan bisa diresmikan Presiden, itu rencana kami," kata Muhadjir yang juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini.

Dia juga berharap, komplek KHA Dahlan Yogyakarta yang merupakan sejarah awal kebangkitan organisasi Islam modern di Yogyakarta yang berupa gedung ini bisa dijadikan semacam situs, peninggalan Muhammadiyah yang diorganisir di wilayah tersebut.

Muhadjir juga mengatakan, ingin memperbaharui atau memperbaiki situs, tempat tempat pemakaman pendiri-pendiri dan tokoh Muhammadiyah, agar orang Muhammadiyah bisa melakukan ziarah seperti yang pernah disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah.

"Saya berharap juga ada tradisi ziarah di Muhammadiyah seperti yang disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, jadi kalau Muhammadiyah bukan berarti tidak boleh ziarah karena ziarah itu penting agar niat bahwa kita juga menyusul mereka," katanya.

Selain itu, lanjut Muhadjir Effedy, Muhammadiyah ingin menanamkam pendidikan kepada generasi muda bangsa khususnya para pelajar di sekolah Muhamamdiyah untuk berkunjung ke makam para pendiri Muhammadiyah bukan untuk minta restu tapi mendoakan para pendiri dan tokoh.

"Jadi bisa sekaligus menunjukkan bahwa Muhammadiyah itu dulu besarnya seperti itu, dan pendirinya dimakamkan seperti itu. Jadi saya mohon kalau ada rencana seperti itu jangan sampai di salahtafsirkan," katanya.

Muhadjir juga mengatakan, kalau situs-situs, kekayaan peninggalan Muhammadiyah itu dijadikan tempat untuk rekreasi spiritual oleh para pelajar, pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di sekolah Muhammadiyah tidak `kering` seperti sekarang ini.

"Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di sekolah-sekolah Muhammdiyah itu menurut saya terlalu kering dan sangat verbal, belum memberikan makna yang dalam untuk para siswa, jadi saya sarankan siswa sekolah Muhammadiyah juga berkunjung ke Yogyakarta," katanya.

(KR-HRI)