Ketua DPR Bambang Soesatyo diangkat menjadi warga Muhammadiyah

id bambang soesatyo, muhammadiyah, ketua dpr

Ketua DPR Bambang Soesatyo diangkat menjadi warga Muhammadiyah

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (antaranews.com)

Jakarta (Antaranews Jogja) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo diangkat menjadi warga Muhammadiyah karena pemikiran, visi, dan misinya dinilai sejalan dengan visi dan misi persyarikatan tersebut.
Penganugerahan status warga Muhammadiyah untuk Bambang Soesatyo dilakukan secara spontan pada acara peresmian Grha Suara Muhammadiyah di Yogyakarta, Minggu, yakni dipakaikan baju batik warna hijau dan syal warna merah bertuliskan Suara Muhammadiyah.
Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ahmad Syafii Maarif, Menkominfo Rudiantara, Mendikbud Muhadjir Effendy, anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhamad Misbakhun, anggota Fraksi Nasdem DPR RI Ahmad Syahroni.
Selain itu, Ketua Umum PP Aisyah Nurjanah, Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri, dan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas.
"Saya sangat bangga menjadi bagian dari keluarga besar Muhammadiyah. Walaupun baru hari ini (Minggu) saya dipakaikan baju batik resmi Muhammadiyah," kata Bambang Soesatyo saat menyampaikan kata sambutan pada kegiatan tersebut seperti dikutip melalui siaran persnya.
Bamsoet, panggilan Bambang Soesatyo, pada kesempatan itu menyampaikan kegalauannya melihat perkembangan praktik demokrasi saat ini yang semakin tidak menggembirakan dan berpotensi mengancam persatuan Indonesia dan eksistensi bangsa.
Kegalauan yang menjadi sorotan Bamsoet adalah adanya praktik transaksional dalam pelaksanaan pilkada serentak.
"Saya meminta secara khusus agar Muhammadiyah mengkaji kembali sistem pemilihan langsung dalam demokrasi kita, terutama dalam pilkada langsung. Apakah lebih banyak mudaratnya atau manfaatnya bagi rakyat," katanya.
Politisi Partai Golkar ini menambahkan, jika demokrasi transaksional yang tak terkendali ini terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan dikuasai para pemilik modal baik langsung maupun tidak langsung.
"Bisa jadi pada 10 tahun atau 20 tahun ke depan, kita tidak lagi punya presiden yang namanya berakhiran huruf O, seperti Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo. Karena peran para pemodal semakin mendominasi," kata Bamsoet.
Kemudian, perihal peresmian gedung Grha Suara Muhammadiyah, Bamsoet berharap sarana itu makin memajukan Suara Muhammadiyah sebagai media kebanggaan dari seluruh organisasi kemasyarakatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan.
Bamsoet yang pernah berprofesi sebagai wartawan menambahkan, tantangan bagi bisnis media di era digital saat ini makin berat.
 
"Media konvensional tidak sedikit yang gulung tikar karena tidak dapat menyesuaikan perubahan zaman. Saya angkat topi karena Suara Muhammadiyah yang sudah berusia 103 tahun tetap bertahan dan menjadi media terlama yang masih terbit," ujar Bamsoet.
Bamsoet juga berpesan agar Suara Muhammadiyah tidak berhenti berikhtiar dan melakukan terobosan untuk pembangunan bangsa.
Apalagi, Suara Muhammadiyah juga menerima penghargaan sebagai Media Dakwah Perjuangan Kemerdekaan RI dalam Bahasa Indonesia pada Hari Pers Nasional 2018.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024