Perajin kerangka keris Bantul dipasarkan sampai Malaysia

id kerajinan kerangka keris,keris

Perajin kerangka keris Bantul dipasarkan sampai Malaysia

Ilustrasi (Foto ANTARA)

Bantul (Antaranews Jogja) - Kerajinan kerangka keris atau senjata khas tradisional Indonesia produk perajin pedukuhan Kersan, Desa Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dipasarkan ke luar negeri di antaranya ke Malaysia.

"Kerangka keris ini sudah dijual ke wilayah DIY, kemudian luar Jawa, seperti Madura, Sumatera, Sulawesi bahkan sudah ke luar negeri seperti Malaysia dan Filipina," kata perajin kerangka keris Dusun Kersan, Desa Bantul Margiyanto, di Bantul, Senin.

Menurut dia, kerangka keris produknya tersebut dipasarkan ke berbagai daerah termasuk ke luar negeri melalui para kolektor maupun pedagang barang pusaka lainnya yang ada di wilayah Bantul dan Yogyakarta.

Ia mengatakan, bahan baku kerangka keris terdiri beberapa jenis kayu, seperti kayu asem, jati, jambu batu, kemuning dan kayu cendana juga kayu gaharu.

Namun demikian, kata dia, ada beberapa pelanggar yang membawa bahan baku sendiri dari kayu langka seperti kayu gaharu, kayu cendana dan elo yang dianggap kayu bertuah, tapi banyak yang datang memesan kerangka keris dalam jumlah besar atau kodian.

Ia mengatakan, tiap kerangka keris berbahan kayu dipatok dengan harga antara Rp100 ribu hingga Rp400 ribu per buah, sedangkan yang berbahan dasar kayu gaharu, cendana dan elo harganya antara Rp750 ribu hingga Rp1,5 juta.

"Kalau kolektor dari luar negeri umumnya memesan yang bagus dengan harga mahal, sementara untuk luar pulau biasanya ambil yang murah, namun dalam jumlah banyak atau kodian," kata Margiyanto.

Dengan usahanya itu, Margiyanto memperoleh pendapatan yang cukup membantu perekonomian keluarga, termasuk biaya pendidikan anaknya di SD dan SMA yang awalnya ditanggung istri yang bekerja di sebuah toko kelontong Bantul.

Margiyanto mengatakan, keterampilan mengolah potongan kayu menjadi sebuah barang yang banyak diburu para kolektor benda pusaka ini diturunkan dari kakeknya yang menurun ke orang tuanya Harjo Suwarno.

"Orang tua saya merupakan seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta di bidang pembuatan kerangka keris atau barang pusaka sejenis yang bertitel Brojo," kata Margiyanto yang mengaku sering menemami ayahnya membuat kerangka keris di bengkel kerjanya.

Berawal dari itu, setelah menikah pada 2008, Margiyanto mencoba mengolah potongan kayu menjadi kerangka keris, dan karena saat itu keris baru populer, sehingga dari keahliannya itu ada beberapa pembeli datang ke rumahnya.

Ia mengatakan, saat itu dirinya membuat kerangka keris berdasar pemesanan, dan dari situ namanya mulai diperhitungkan para kolektor, penyuka dan pedagang benda pusaka khususnya yang ada di Bantul dan Yogyakarta.
(T.KR-HRI) 26-02-2018 12:52:40