Menteri Susi gemar membaca filsafat sejak remaja

id susi pudjiastuti, dwikorita karnawati, filsafat

Menteri Susi gemar membaca filsafat sejak remaja

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Foto Antara)

Jakarta (Antaranews Jogja) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ternyata gemar membaca buku filsafat sejak remaja, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
"Saat saya mengenal Ibu Susi di usia 16 tahun, beliau selalu membaca buku-buku tebal seperti filsafat," kata Dwikorita Karnawati dalam acara Bedah Buku "Laut Masa Depan Bangsa" yang digelar di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu.
Dwikorita Karnawati merupakan teman sebangku di sekolah menengah atas di Yogyakarta bersama-sama dengan Susi Pudjiastuti.
Menurut Dwikorita, bahkan buku yang dibaca oleh Menteri Susi ketika remaja itu juga ada yang bukan berbahasa Indonesia.
Dwikorita yang juga merupakan mantan Rektor UGM itu memaparkan, Susi Pudjiastuti juga kerap membahas mengenai berbagai konsep pemikiran seperti demokrasi dan kebebasan.
"Dari usia 16 tahun, baru sekarang saat berusia 50-an tahun saya baru memahaminya," kata Dwikorita yang disambut tawa dari para peserta acara bedah buku tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Susi mengakui bahwa dia saat remaja senang membaca buku filsafat, selain menggemari buku-buku populer lainnya ketika itu, seperti Kho Ping Hoo.
Susi mengungkapkan, buku filsafat yang digemarinya antara lain adalah mengenai eksistensialisme, dan para penganut paham filsafat itu yang karyanya dibaca antara lain adalah Jean Paul Sartre.
Menteri Susi juga berseloroh bahwa dirinya juga bisa menjadi pintar saat sekolah antara lain karena duduk sebangku dengan Dwikorita, tetapi dalam mata pelajaran kimia, Susi mengaku bahwa dirinya bisa mengungguli Dwikorita.
Berdasarkan ensiklopedia dunia maya Wikipedia, eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Dalam penjelasan itu ditulis bahwa eksistensialis sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024