BPBD: Gunung Kidul berpotensi terjadi tanah ambles

id tanah ambles, gunung kidul

BPBD: Gunung Kidul berpotensi terjadi tanah ambles

Ilustrasi, tanah ambles, doc (Antarafoto)

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menemukan menyatakan bahwa hampir seluruh wilayah di daerah ini berpotensi terjadi tanah ambles.

Kepala BPBD Gunung Kidul Edi Basuki di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan fenomena tanah ambles sudah terjadi di enam kecamatan, yakni Purwosari, Saptosari, Ponjong, Semanu, Tanjungsari, dan Rongkop.

"Kami mengimbau warga untuk selalu waspada, tetapi jangan takut dan panik," harap Edi.

Dia mengatakan BPBD mulai melakukan pemasangan rambu-rambu peringatan guna menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Rambu-rambu peringatan ini dipasang di zona merah yang merupakan zona paling potensi terjadi tanah ambles.

"Dua hari ini kami memasang 10 rambu paling banyak di kawasan Semanu," katanya.

Edi mengatakan setelah pemantauan oleh tim dari Badan Geologi pertengahan Februari lalu di Dusun Serpeng, Desa Pacerojo, Kecamatan Semanu, dan Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, BPBD sudah menerima rekomendasi dalam mensikapi fenomena tanah ambles.

"Ada beberapa rekomendasi yang sudah dikirimkan ke kami," katanya.

Ia menjelaskan amblesan di Serpeng, berupa Dropout Doline dengan adanya kenampakan longsoran di tebing-tebingnya yang ada, luas diperkirakan 1 hektare-1,5 hektare dengan panjang/lebar 80 meter-100 meter dengan kedalaman 20 meter- 30 meter. Longsor masih berkembang sejak terendamnya dolina pasca Badai Cempaka yaitu adanya longsor di Desember 2017 dan masih berkembang di awal Februari 2018.?Kemungikinan longsor masih terjadi karena kondisi tegaknya lereng terutama di sisi Tenggara,

"Keterangan rekomendasi untuk di Dusun Serpeng, Desa Pacerojo, Kecamatan Semanu, karena luasnya luweng/ambles yang terbentuk, agar masyarakat berhati-hati, karena dimungkinkan terjadinya longsor masih cukup besar. Sehingga pemasangan garis polisi yang selama ini telah dilakukan, perlu ditambahkan papan peringatan untuk tidak terlalu dekat dengan tebing yang terbentuk," katanya.

Edi mengatakan rekomendasi untuk wilayah Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong untuk ambles skala kecil, masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan menutup area menggunakan batang pisang, jerami, batu, dan tanah.

Lubang di sana berupa suffosion doline dengan adanya runtuhan berupa tanah ke dalam ponor tanpa adanya longsoran dengan diameter 4 meter dan diameter 10 meter. Dampak amblesan tersebut menyebabkan hilangnya lahan pertanian.

"Hal tersebut tetap bisa ditangani asal yang dimasukan bukan berupa sampah-sampah yang kemungkinan dapat mencemari air bawah tanah nantinya," katanya,

.KR-STR/ 07-03-2018 19:23:31