Akademisi: kolaborasi kampus-industri atasi "mismatch" lapangan kerja

id lapangan kerja

Akademisi: kolaborasi kampus-industri atasi "mismatch" lapangan kerja

Ilustrasi para pencari kerja (Foto Antara)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri perlu diperluas untuk menjawab "mismatch" atau ketidaksesuaian antara tenaga kerja dengan lapangan kerja, kata Dosen Ilmu Ekonomi FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo.

"Kolaborasi perguruan tinggi dengan industri sangat penting untuk mengatasi persoalan fundamental di Indonesia terkait `skill mismatch` ini," kata Gumilang dalam diskusi bertema "Menjawab Tantangan Sektor Jasa Indonesia" di Fakultas Ekonomika dan Binis (FEB) UGM, Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, rendahnya konektivitas antara perguruan tinggi dengan industri menyebabkan rendahnya informasi terkait kebutuhan tenaga kerja yang saat ini banyak dibutuhkan pasar kerja.

Untuk menjawab tantangan kebutuhan kerja, menurut Gumilang, perguruan tinggi harus lebih responsif. Selain meningkatkan konektivitas dengan industri, perguruan tinggi juga dituntut mengembangkan kurikulum dan program studi yang relevan dengan dunia kerja.

Menurut Gumilang, desain kurikulum di perguruan tinggi yang ada saat ini belum responsif dengan kebutuhan industri.

"Sebagai penyedia tenaga kerja kurang bisa menyediakan tenaga kerja yang relevan dan skill yang dibutuhkan industri sehingga produktivitasnya rendah," kata dia.

Sementara itu, Praktisi dan Dewan Penasihat Indonesia Services Dialogue, Taufikurrahman mengakui saat ini banyak perguruan tinggi meluluskan tenaga kerja yang kurang dibutuhkan pasar.

"Hanya sedikit meluluskan tenaga kerja yang memiliki keterampilan relevan dengan industri," katanya.

Hal tersebut, menurut dia, menyebabkan semakin melebarnya kesenjangan antara perguruan tinggi dengan industri. Oleh sebab itu, ke depan diperlukan upaya untuk memverifikasi kesesuaian program studi dengan kebutuhan dunia industri.

"Perlu dikembangkan model kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri dibutuhkan untuk mengurangi `gap` tersebut," kata dia.
 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024