Jakarta (Antaranews Jogja) - Pengembangan pariwisata di Tanah Air diharapkan tidak mengedepankan egosektoral dari setiap lembaga pemerintahan tetapi berbagai pihak harus dapat mewujudkan satu visi untuk mengoptimalkan atraksi wisata Nusantara.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti kepada Antara ketika mengunjungi Pulau Bair, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, Jumat, mengingatkan pentingnya sinergi dari berbagai pihak pemangku kepentingan untuk memajukan sektor pariwisata.
Guntur mencontohkan untuk menambah akses wisatawan kepada berbagai pulau kecil yang tersebar di berbagai daerah di Republik Indonesia, sebenarnya bisa saja dibuat semacam lintasan pesawat yang mendarat di atas air.
Hal tersebut, lanjutnya, telah dipraktekkan di sejumlah negara kepulauan yang terkenal dengan pariwisatanya seperti di Maladewa, tetapi untuk di Indonesia hal seperti itu tentu saja harus disinergikan dalam bentuk regulasi.
Dia memaparkan, saat ini atraksi atau tempat yang menggugah dan memesona di Indonesia sangatlah banyak, tetapi untuk faktor seperti akomodasi dan aksesibilitas di sejumlah tempat masih ada beragam keterbatasan.
Untuk mengatasinya, ia mengemukakan bahwa Menteri Pariwisata Arief Yahya juga mendorong "nomadic tourism"
Sebelumnya, Menteri Pariwisata menyebut konsep "nomadic tourism" yang mengandalkan fasilitas pendukung temporer sesuai untuk pengembangan pariwisata di Maluku Utara.
"Potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara sangat besar karena didukung oleh kekayaan alam, tingkat kebudayaan dan kesenian yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil survei Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas Indeks Kebahagiaan 2017 dengan skor 75,68," kata Menpar Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (14/3).
Namun, ia mengatakan, untuk menarik jumlah kunjungan wisman dibutuhkan pengembangan pariwisata berstandar internasional.
Sayangnya, pengembangan sektor pariwisata berstandar internasional membutuhkan investasi besar dan jangka waktu yang lama.
Untuk itu, ujar dia, pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara dapat dilakukan melalui konsep "Nomadic Tourism", yang berarti segala sarana pendukung pariwisata dapat dibuat secara "temporary".
Menpar Arief Yahya menawarkan untuk membantu membangun fasilitas "seaplane" untuk aksesibilitas di Maluku Utara, karena pembangunan bandara membutuhkan waktu lama.
"Nomadic Tourism, adalah bentuk akomodasi sementara seperti glam camp, home pod, karena membangun hotel akan sangat lama. 'Nomadic tourism' dan 'sea plane' jika dikombinasikan maka akan sempurna," ujarnya.
Menurut dia, "nomadic tourism" ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.
Menpar pun mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata "nomadic tourism" dan memasarkannya.
Berita Lainnya
Kawasan wisata Chinatown dengan Pasar Jaya tarik wisatawan
Kamis, 28 Maret 2024 5:55 Wib
Dispar Gunungkidul memetakan objek wisata pantai padat pengunjung
Rabu, 27 Maret 2024 10:49 Wib
Dishub DIY gencarkan 'ramp check" bus wisata di libur Lebaran 2024
Selasa, 26 Maret 2024 14:52 Wib
PT PLN suplai listrik RS dukung destinasi wisata medis gaet turis
Selasa, 26 Maret 2024 14:01 Wib
Rumah adat dijadikan wisata budaya tarik wisatawan
Selasa, 26 Maret 2024 5:17 Wib
Baru 40 persen, turis asing di Bali bayar pungutan Rp150 ribu
Senin, 25 Maret 2024 20:52 Wib
Sleman mengikuti pameran promosi wisata di Malaysia
Senin, 25 Maret 2024 13:08 Wib
Untuk dongkrak kualitas layanan, tarif pemandu wisata naik
Senin, 25 Maret 2024 12:17 Wib