UGM-BPNB kerja sama pemasangan peringatan dini longsor

id longsor

UGM-BPNB kerja sama pemasangan peringatan dini longsor

Ilustrasi alat deteksi dini tanah longsor (jogja.antaranews.com)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Universitas Gadjah Mada (UGM) menjalin kerja sama dengan Direktorat Kesiapsiagaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait pemasangan instrumen peringatan dini bencana longsor.

"Kemajuan, inovasi, maupun teknologi bisa cepat berkembang kalau kita bekerja sama, baik dengan pemerintah maupun dunia industri, serta masyarakat," kata Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM Paripurna Sugarda di sela penandatanganan kerja sama UGM dengan BNPB di Ruang Sidang Pimpinan UGM, Yogyakarta, Kamis.

Dalam kerja sama ini, kedua belah pihak sepakat untuk menerapkan teknologi peringatan dini bencana longsor dengan pemasangan sistem peringatan dini bencana longsor berbasis curah hujan dan kondisi geologi setempat.

Fungsinya adalah untuk meminimalkan dampak korban jiwa dan kerugian harta benda akibat bencana tanah longsor.

Menurut Paripurna, UGM menyambut baik kerja sama yang terjalin dengan BNPB karena dari sini UGM bisa mengembangkan sistem peringatan dini.

Menurut Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Bernardus Wisnu Widjaja, selama kerja sama yang telah berlangsung sejak 2007, UGM senantiasa memberi dukungan untuk menghasilkan karya-karya dalam pengelolaan bencana.

Sebagai laboratorium bencana dan unggul dalam pengelolaan bencana, menurut Wisnu Widjaja, orang asing yang masuk ke Indonesia bisa belajar. Pemberian ISO 22327 di bidang tanah longsor menjadi bukti dan Indonesia nomor satu untuk bidang ini.

"Ini tentunya menjadi tantangan dan jangan berhenti di bidang? ini karena masih banyak yang lain. Kita punya bencana 13, ini baru satu," katanya.

Para ahli gunung di Jepang pun mengakui sistem managemen darurat di Indonesia dinilai lebih kuat? dibanding Jepang.?

"Dalam menghadapi bencana, Jepang cepat karena sudah tertata dan tahu tugasnya. Namun, mereka tidak pernah membayangkan bagaimana saat erupsi Merapi ada 500 ribu orang mengungsi, dan Indonesia mampu mengurusi pengungsi sebesar itu," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, dengan berbekal pengalaman yang lebih banyak, Indonesia seharusnya lebih percaya diri. Hal ini menjadi peluang bagi peneliti agar prospek dan peluangnya lebih bisa di tingkatkan lagi.
 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024