Jonan: pemimpin harus bisa memberi contoh

id jonan

Jonan: pemimpin harus bisa memberi contoh

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan (Foto Antara/Riski Mario Johannes Parhusip/mg.yk/ags) (Foto Antara/Riski Mario Johannes Parhusip/mg.yk/ags/)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan bahwa menjadi seorang pemimpin di era generasi milenial harus bisa memberikan contoh, bukan sekadar berbicara atau beretorika.

"Memimpin itu `ngasih` contoh," kata Jonan saat berbicara mengenai kepemimpinan dalam Rapat Kerja Pengendalian Pembangunan DIY Triwulan I Tahun 2018 di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Jonan, di era generasi milenial seorang pemimpin yang hanya mampu berbicara tanpa memberikan contoh nyata dapat dipastikan tidak akan dipercaya. "Di generasi milenial atau generasi Z, (tanpa memberikan contoh) orang tidak mau, tidak dipercaya," kata dia.

Mengingat pentingnya keteladan atau contoh dari pimpinan, Jonan menceritakan, saat masih menjabat Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI), ia pernah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan seluruh direksi termasuk dirinya untuk piket akhir pekan. Alasannya, layanan transportasi tidak pernah berhenti meskipun hari libur.

"Waktu itu saya kerja di kereta api, saya bertanya kenapa kecelakaan kereta api selalu terjadi Sabtu dan Minggu, ternyata Sabtu dan Minggu semua pimpinan kereta api libur. Akhirnya saya balik, kalau Sabtu dan Minggu harus piket," ucapnya.

Selain itu, lanjut Jonan, seorang pemimpin yang ideal juga tidak boleh berkutat untuk mengejar popularitas melainkan harus berfokus pada hasil atau capaian.

"Popularitas itu bukan bagian dari kepemimpinan. Seorang pemimpin itu yang penting hasil," ujar Jonan.

Menutut Jonan, kebanyakan pemimpin saat ini lebih mementingkan pada sapek kebijakan yang bersifat populer sedangkan soal hasil tidak menjadi prioritas utama yang perlu dipertanggungjawabkan. "Kalau pemimpin-pemimpin sekarang kalau bisa populer, soal hasil terserah," kata Jonan.

Lebih dari itu, ia mengatakan untuk menjadi pemimpin yang ideal tidak ditentukan dari tingkatan titel atau sekolahnya. Pemimpin harus kreatif dan berprestasi.

"Sekarang di birokrasi kita, orang mau naik pangkat itu harus sekolah, kalau tidak sekolah tidak naik. Kalau ini tidak diubah, percuma saya ngomong kepemimpinan. Seharusnya orang naik pangkat itu berdasarkan prestasi, kalau berdasarkan sekolah ya mereka sekolah terus, tidak memikirkan kerjanya," tukas Jonan.



(T.L007)