KKP mengembangkan teknolog bioflok ikan nila

id ikan nila

KKP mengembangkan teknolog bioflok ikan nila

Ikan nila (Foto peluangusaha-oke.com)

Jakarta (Antaranews Jogja) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan teknologi budi daya bioflok yang ramah lingkungan untuk komoditas ikan nila.

        Penerapan dan pengembangan budi daya Nila sistem bioflok merupakan hasil inovasi tanpa henti yang terus dilakukan terhadap teknologi yang efektif dan efisien, termasuk dalam penggunaan sumber daya air, lahan, dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim, kata Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers, Jumat.

        Menurut Slamet Soebjakto, fenomena perubahan iklim, penurunan kualitas lingkungan global, perkembangan, dan ledakan jumlah penduduk merupakan tantangan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan sehingga mau tidak mau harus diantisipasi.

        Hal tersebut, lanjut dia, karena berbagai tantangan itu secara langsung dinilai akan berdampak pada penurunan suplai bahan pangan bagi masyarakat.

        Untuk itu, semua pelaku perikanan budi daya harus terus mengedepankan iptek dalam pengelolaan usaha budi daya ikan yang berkelanjutan. Intinya dengan kondisi saat ini, produktivitas budi daya harus bisa dipacu dalam lahan terbatas dan dengan penggunaan sumber daya air yang efisien.

        Teknologi bioflok, katanya lagi, akan terus didorong agar diterapkan terhadap berbagai daerah sehingga menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk nila di beberapa daerah menjadi sumber gizi yang digemari, seperti di Papua dan NTB.

        Sebagai informasi, ada beberapa keunggulan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, antara lain, dapat meningkatkan kelangsungan hidup atau survival rate (SR) hingga lebih dari 90 persen dan tanpa pergantian air.

        "Air hasil budi daya ikan nila dengan sistem bioflok tidak berbau sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan dapat disinergikan dengan budi daya tanaman misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini dikarenakan adanya mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman, paparnya.

        Keunggulan lainnya, antara lain, meningkatkan padat tebar mencapai 100 s.d. 150 ekor per meter kubik atau 10 s.d. 15 kali lipat pemeliharaan di kolam biasa, serta meningkatkan produktivitas hingga 25 s.d. 30 kilogram per meter kubik atau 12 s.d. 15 kali lipat dibandingkan di kolam biasa, serta waktu pemeliharaan yang lebih singkat.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024