Pertumbuhan IKM Kulon Progo terganjal pola pikir agraris

id Industri kecil,Kulon progo

Pertumbuhan IKM Kulon Progo terganjal pola pikir agraris

Ilustrasi industri kecil dan menengah (foto beritadaerah.com)

Kulon Progo  (Antaranews Jogja) - Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Dewantoro. mengatakan pertumbuhan industri kecil menengah, terganjal pola pikir agraris masyarakat.

Dewantoro di Kulon Progo, Selasa, mengatakan kontribusi sektor industri terhadap produk domestik regional bruto?(PDRB) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

"Pada 2010, sektor industri baru menyumbang Rp400 miliar, pada 2017 sudah mencapai Rp1 triliun. Yang pasti, IKM berkembang dengan meningkatnya omzet, namun tidak meningkat spektakuler karena cara perpikirnya masih agraris, belum semua beralih ke industri," kata Dewantoro.

Untuk itu, kata Dewantoro, Dinas Perdagangan sedikit demi sedikit mengubah cara perpikir masyarakat dengan memberikan pelatihan dan keterampilan sesuai minat masyarakat. Dinas Perdagangan juga melakukan pendampingan hingga membantu mencarikan pangsa pasar.

"Cara berpikir masyarakat yang masih agraris, kami susupi dengan wacana perkembangan zaman seperti apa," katanya.

Ia mengatakan seiring dengan pelatihan dan pendampingan dari Dinas Perdagangan, sekarang muncul sentra batik, dab kerajinan perak di Kecamatan Lendah. Sekarang ini, dari perajin batik dan perak, banyak yang bekerja di sungai mencari pasir.

Kalau pasirnya ramai, masyarakat beralih menjadi penambang pasir. Kalau pasir sepi, baru beralih membatik lagi. Hal ini mempengaruhi kekuatan produksi batik.

"Kami tidak dapat berbuat banyak, karena menjadi penambang pendapatan per hari bisa mencapai Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Kalau membatik, pendapatanya hanya Rp50 ribu per hari. Hal yang terpenting bagi kami, mereka bisa makan dan tetap memiliki kemampuan membatik," katanya.

Saat ini, lanjut Dewantoro, pemkab memfasilitasi showroom batik dan produk lokal di Kawasan Bendungan Sapon dengan harapan mereka tergerak memproduksi batik. Dinas Tenaga Kerja DIY juga memberikan pelatihan kompetensi membatik dan mendapat sertifikat.

"Itu salah satu cara kami untuk menarik mereka kembali menggeluti batik," katanya.

Kepala Dinas Perdagangan Kulon Progo Krissutanto mengatakan menumbuhkan IKM Kulon Progo ini membutuhkan kerja sama dengan semua pihak. Sektor IKM akan menjadi motor penggerak perekonomian Kulon Progo.

"Kami berupaya menanamkan jiwa mandiri berusaha kepada masyarakat dengan mengoptimalkan potensi lokal," katanya.

KR-STR