Bank Indonesia perlu menjaga batas psikologis rupiah

id rupiah

Bank Indonesia perlu menjaga batas psikologis rupiah

Mata uang rupiah (Foto Antara)

Jakarta (Antaranews Jogja) - Bank Indonesia dinilai perlu benar-benar menjaga batas psikologis nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, kata Sekretaris Bidang Ekonomi Keuangan, Industri, Teknologi dan Lingkungan Hidup DPP PKS Handi Risza.

        "Bank Indonesia harus menjaga batas psikologis agar kepercayaan pasar tidak memudar," kata Handi Risza dalam rilis di Jakarta, Selasa.

        Menurut Handi, pelemahan rupiah terpengaruh oleh kebijakan bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunga Federal Fund beberapa kali tahun ini.

        Selain itu, ujar dia, kebijakan reformasi perpajakan yang digulirkan pemerintah AS, berhasil memangkas pajak bagi dunia usaha dari 35 persen menjadi 21 persen.         
   "Kebijakan tersebut mendorong perusahaan-perusahaan AS bisa bersaing dan menang di dunia," katanya.

        Ia menjabarkan kebijakan perpajakan di AS tersebut membuat banyak investor AS yang selama ini menanamkan modalnya di luar negeri kemungkinan bakal mengembalikan modalnya ke AS.

        Kebijakan reformasi perpajakan tersebut, kata dia, membuat negara-negara termasuk Indonesia perlu mengantisipasi, karena kalau seandainya terjadi pembalikan modal, akan sangat berpengaruh bagi perekonomian sebuah negara.

        Untuk menguatkan rupiah agar tidak melemah semakin dalam, lanjutnya, Bank Indonesia diharapkan melakukan intervensi stabilisasi rupiah.

        Handi juga berpendapat bahwa tekanan terhadap rupiah harus menjadi peringatan bagi pemerintah untuk memperkuat kembali fundamental ekonomi nasional.

        Di tempat terpisah, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, menyoroti dampak psikologis dari pelaku pasar terhadap tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

        "Yang mengkhawatirkan adalah dampak psikologisnya. Pada waktu (menyentuh) Rp14.000, bagaimana tanggapan dari pasar. Kalau pelaku pasarnya panik, itu yang bahaya," kata Piter dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/4).

        Piter menilai tekanan eksternal membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi pada triwulan I-2018. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan apabila posisi nilai tukar rupiah menyentuh Rp14.000 per dolar AS selama kondisi tersebut tidak menimbulkan kepanikan pelaku pasar.

        Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengaku telah melakukan intervensi pasar dengan dosis yang cukup besar untuk menjaga stabilisasi rupiah, dan menjamin akan menjaga nilai mata uang "Garuda" sesuai fundamentalnya.

        "Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamentalnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Senin (23/4) malam.

        Agus mengatakan sejak Jumat (21/4) pekan lalu hingga Senin (24/4) tekanan terhadap rupiah terus timbul karena berlanjutnya penguatan dolar AS terhadap mata uang negara-negara di dunia. Penguatan "Greenback" dipicu meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US treasury bills, yang mendekati level psikologis tiga persen dan kembal mengemukanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve lebih dari tiga kali selama 2018. 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024