Tersisa tiga kelurahan siaga berstatus pratama

id Tugu yogyakarta

Tersisa tiga kelurahan siaga berstatus pratama

Kota Yogyakarta (Foto Istimewa)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat masih ada tiga kelurahan dari total 45 kelurahan di kota tersebut yang masih berstatus sebagai kelurahan siaga kategori pratama atau kategori paling rendah.

"Dibanding 2016, sebenarnya jumlah kelurahan siaga yang masuk kategori pratama sudah berkurang jauh. Hingga 2017, jumlahnya tinggal tersisa tiga kelurahan saja," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya di Yogyakarta, Selasa.

Berdasarkan data dari sistem informasi promosi pemberdayaan masyarakat yang dikelola Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, ketiga kelurahan siaga yang masih masuk kategori pratama yaitu Kelurahan Bumijo, Gowongan dan Cokrodiningratan.

Ketiga kelurahan tersebut masuk kategori pratama karena beberapa kriteria kelurahan siaga belum terpenuhi di antaranya sudah ada forum kelurahan siaga namun kegiatan belum berjalan optimal.

"Salah satu faktor penyebabnya adalah pengurus kelurahan siaga tidak aktif. Kami akan upayakan untuk terus melakukan pendekatan dan mengingatkan forum agar menjalankan kegiatan dengan rutin," katanya.

Tri menyebut aktivitas di kelurahan siaga biasanya sangat tergantung pada pengurus sehingga diperlukan pengurus yang aktif mengajak masyarakat di kelurahan tersebut untuk selalu menyosialisasikan dan melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sehat.

"Meskipun pengurus sudah berusia tua, namun jika mereka aktif, maka kegiatan di kelurahan siaga bisa berjalan dengan baik," kata Tri yang berharap stratifikasi kelurahan siaga di Kota Yogyaakrta bisa terus meningkat hingga seluruhnya masuk kategori mandiri.

Setelah pratama, tingkatan kelurahan siaga berikutnya adalah kategori madya. Hingga 2017, jumlah kelurahan siaga yang masuk kategori tersebut sudah mencapai 16 kelurahan.

Sedangkan untuk kategori purnama tercatat sebanyak delapan kelurahan dan sebanyak 18 kelurahan sudah menjadi kelurahan siaga mandiri.

"Kami sudah memiliki Sistem Penguatan Kelurahan Siaga dalam rangka Penggerakan Masyarakat Hidup Sehat (Si Kesi Gemes) dan menerbitkan buku panduan pelaksaan kelurahan siaga untuk mendukung gerakan masyarakat hidup sehat. Ada 22 materi kesehatan yang sudah memenuhi standar untuk disosialisasikan ke masyarakat," kata Tri.

Setiap kelurahan siaga, lanjut Tri, diminta untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan warga dan lingkungan di tempat tinggal masing-masing. Pendataan didukung oleh pengurus RT/RW hingga dasawisma.

Sejumlah data yang dikumpulkan tersebut di antaranya, jumlah ibu hamil, jumlah bayi, jumlah balita, jumlah lansia, hingga kepemilikan hewan peliharaan. Pendataan dimutakhirkan sesuai dengan kondisi di lapangan. "Bisa dilakukan pemutakhiran setiap saat untuk kasus yang sangat penting, atau bisa satu tahun sekali misalnya data kepemilikan hewan, atau data golongan darah warga," katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, jenis penyakit yang banyak diderita warga dan menjadi penyebab kematian utama saat ini sudah sangat berbeda dibanding 10 tahun lalu.

"Saat ini, banyak masyarakat yang menderita penyakit tidak menular. Bahkan penyakit tersebut menjadi penyebab kematian tertinggi di Yogyakarta, mulai dari stroke, kanker hingga diabetes militus," katanya.

Penyakit tersebut, lanjut Heroe, tidak disebabkan oleh infeksi virus tetapi lebih disebabkan karena pola hidup tidak sehat sehingga perlu dilakukan intervensi dengan terus menyosialisasikan pola hidup sehat.

"Salah satu caranya adalah melibatkan masyarakat termasuk melalui kegiatan di kelurahan siaga untuk mengingatkan masyarakat agar selalu menerapkan pola hidup sehat," katanya.

Inovasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang melibatkan seluruh masyarakat melalui Si Kesi Gemes tersebut membuahkan hasil berupa penghargaan dari IndoHFC untuk kategori inovasi gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) pada tahun ini.


(E013) 01-05-2018 16:21:33


 
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024