Badan Otoritas Borobudur minta perkembangan objek wisata dibatasi

id kalibiru

Badan Otoritas Borobudur minta perkembangan objek wisata dibatasi

Pengunjung objek wisata Kalibiru, Kabupaten Kulon Progo, DIY. (FOTO ANTARA/MAMIEK)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Badan Otorita Borobudur meminta Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membatasi perkembangan objek wisata yang dikembangkan masyarakat,  memperhatikan rancangan tata ruang wilayah, dan rancangan detail tata ruang.

"Pengembangan destinasi wisata jangan membabi buta, tapi mempertimgangkan hukum permintaan dan penawaran, supaya tidak menimbulkan kejenuhan," kata Direktur Utama Badan Otoritas Borobudur (BOB) Indah Juanita di Kulon Progo, Jumat.

Menurut dia, pengembangan destinasi wisata bukan sekedar jumlah kunjungan wisata, melainkan juga efek berlapis yang ditimbulkan. Kalau yang dikejar hanya jumlah pengunjung banyak, maka akan percuma saja sebuah destinasi yang didatangi karena ramai dan murah, namun tak memberikan pendapatan bagi masyarakat. Sama saja hanya akan mendapat kerusakan lingkungan. Begitu juga dengan adanya kunjungan berulang.

Pengembangan destinasi wisata hendaknya memberikan efek berlapis (multiplyer effect) kepada masyarakat sekitarnya. Mulai perubahan pola pikir masyarakat hingga berkembangnya atau tumbuhnya kegiatan ekonomi di sekitar lokasi wisata, sehingga perekonomian masyarakat akan berkembang.

"Kunjungan berulang tapi belanja sedikit, ya sedikit juga manfaatnya, hanya dapat pendapatan tiket saja. Kalau ada yang bisa diproduksi masyarakat, turis yang datang lebih berkualitas, daya beli baik, tentu akan menyenangkan untuk masyarakat di situ," katanya.

Terkait pesatnya perkembangan destinasi wisata yang dikelola masyarakat, Indah mengatakan BOB belum dapat mengambil kesimpulan, destinasi di Kulon Progo sudah terlalu banyak atau belum, karena belum melakukan studi lebih lanjut.

"Namun, BOB bersama sejumlah pihak terkait akan melihat perkembangan destinasi wisata di Kulon Progo selama beberapa bulan ke depan," katanya.

Lebih lanjut, Indah mengharapkan adanya sinergitas antara jalur antara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang berada di Kulon Progo ke BOB di Purworejo. Dari kasus ini, BOB juga mengharuskan diri untuk berkegiatan yang menimbulkan efek berlapis. Dengan demikian, ada pertumbuhan perekonomian masyarakat, di jalur jalan tersebut. Walaupun tidak langsung tumbuh, namun akan memberikan efek perputaran ekonomi yang besar.

Selain itu, pengembangan destinasi wisata harus ada sinkronisasi RDTR dan RTRW milik tiga kabupaten Kulon Progo, Purworejo, dan Magelang. Walaupun belum ada pembahasan kerja sama lebih mendalam, termasuk konsep Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur yang masih dalam tahap studi.

"BOB berniat memajukan seluruh daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lewat pengembangan kepariwisataan," katanya.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan pemkab tidak bisa membatasi atau melarang masyarakat mengembangkan destinasi wisata. Namun demikian, ia berharap destinasi wisata yang dikembangkan tidak hanya mengandalkan panorama, tetapi juga memunculkan beragam keunikan yang bisa digali oleh masyarakat lokal setempat.?

Saat ini, beberapa destinasi di perbukitan menoreh banyak yang masih mengandalkan panorama, seperti Gunung Gajah.

"Kami sudah meminta masyarakat yang mengembangkan wisata menonjolkan keunikan, bukan panorama yang lama ke lamaan akan membosankan," katanya.