Mahasiswa UNY melatih masyarakat membuat abon cabai

id cabai

Mahasiswa  UNY melatih masyarakat membuat abon cabai

Ilustrasi. Cabai (Foto ANTARA)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Kelompok mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahaun Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta melatih masyarakat Desa Trisik, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat abon cabai.
   
 "Abon cabai adalah salah satu olahan cabai dengan teknik pengeringan baik melalui sinar matahari maupun menggunakan bantuan oven," kata koordinator kelompok mahasiwa Fakultas MIPA UNY Afifah Syadzaa Affanti di Yogyakarta, Sabtu.
   
 Menurut dia, abon cabai dapat disimpan dalam waktu lama dan dapat dimodifikasi menjadi beberapa jenis varian sesuai selera dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
   
 "Bahan yang diperlukan untuk membuat abon cabai antara lain 500 gram cabai merah keriting, lima siung bawang merah, 10 siung bawang putih, satu sendok makan ketumbar, gula merah, dan garam secukupnya," katanya.
     
Ia mengemukakan, cara membuatnya adalah cabai dipisahkan dari tangkainya dan dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan dengan oven menggunakan api kecil hingga benar-benar kering. Setelah benar-benar kering, cabai dihaluskan dengan blender.
     
Sementara itu bawang putih dan bawang merah diiris kecil-kecil dan ditaburi garam agar krispy. Setelah itu digoreng hingga kering dan dihancurkan.
     
Selanjutnya cabai bubuk dan bawang goreng yang sudah dihancurkan ditumis dengan sedikit minyak hingga tercium bau harum dan tambahkan garam, gula, dan penyedap rasa secukupnya. Aduk-aduk hingga rata dan terlihat sangat kering (tidak lagi berminyak), kemudian diangkat dan dinginkan.
     
Menurut dia, untuk bahan tambahan dapat dicampurkan dengan ikan teri kering yang dihancurkan atau bahan kering yang menambah rasa dan aroma seperti daun jeruk yang dihaluskan.
     
"Pelatihan pembuatan produk abon cabai itu dilaksanakan pada masyarakat Desa Trisik untuk meningkatkan produktivitas olahan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang abon cabai yang lebih bernilai jual tinggi," katanya.
     
Anggota kelompok mahasiswa Fakultas MIPA UNY Rida Candra Ningrum mengatakan Desa Trisik merupakan salah satu daerah dengan penduduk yang mayoritas bertanam cabai dengan hasil bisa mencapai dua ton cabai setiap kali panen.
     
Dalam metode penanaman, perawatan, serta cara mengatasi hama pada penanaman cabai, para petani sudah cukup mumpuni, tetapi saat menjual cabai hasil pertanian mereka ke pasar, harganya jatuh.
     
"Para petani belum melakukan pengolahan hasil cabainya menjadi produk lanjutan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana cara pengolahan hasil pertanian mereka menjadi produk olahan cabai," katanya.
     
Selain Afifah Syadzaa Affanti dan Rida Candra Ningrum, kelompok mahasiswa Fakultas MIPA UNY beranggotakan Imroatus Sholihah, Novia Hendiyani, dan Desfizar Marry Rinugraha.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024