Desa wisata disiapkan untuk dukung KSPN Borobudur

id Desa wisata

Desa wisata disiapkan untuk dukung KSPN Borobudur

Ilustrasi. Desa Wisata Pulesari (Foto ANTARA)

Kulon Progo  (Antaranews Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menyiapkan desa wisata dan destinasi wisata yang memberikan efek berlapis untuk mendukung Kawasan Strategis Pembangunan Nasional Borobudur.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Senin, mengatakan Dinas Pariwisata mendapat tugas menyiapkan desa wisata, surat keputusan desa wisata, dan data destinasi yang telah memberikan efek berlapis terhadap masyarakat.

"Dispar juga menyiapkan penilaian kunjungan wisata terbanyak yang harus diamati perkembangannya, menyiapkan status dan kondisi jalan. Kami juga menyiapkan data keterpaduan antara destinasi wisata keterpaduannya dengan smart city dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW)," kata Niken.

Ia mengatakan sedikitnya 12 destinasi wisata yang di kawasan Bukit Menoreh yang dikelola masyarakat. Jumlah pengunjung juga sangat banyak sehingga mengerakan ekonomi masyarakat sekitar.

Misalnya, Kalibiru dikunjungi 26.800 per tahun, Puncak Suroloyo sebanyak 19.000 pengunjung per tahun, Kebun Teh Nglinggo sekitar 16.000 pengunjung per tahun.

"Kami akan menggarap Kebuh Teh Nglinggo karena sedang "naik daun" (terkenal) karena menjadi eco-wisata terpopuler, dan menjadi juara desa wisata dan homestay," katanya.

Terkait pengendalian pertumbuhan destinasi wisata baru, Niken mengatakan Dispar tidak bisa melarang masyarakat mengembangkan potensi di daerahnya, karena masyarakat juga berharap wisata yang mereka kembangkan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.

"Dikendalikan boleh, tapi kami tidak bisa mengendalikan masyarakat mengembangkan potensi daerah mereka. Biarkan seleksi alam yang membuktikan kalau mereka bisa mengelola dengan baik, mengelola secara profesional, dan berhasil bersaing dengan lainnya," katanya.

Sementara itu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan pemkab tidak bisa membatasi atau melarang masyarakat mengembangkan destinasi wisata.

Namun demikian, ia berharap destinasi wisata yang dikembangkan tidak hanya mengandalkan panorama, tetapi juga memunculkan beragam keunikan yang bisa digali oleh masyarakat lokal setempat.?

Saat ini, beberapa destinasi di perbukitan menoreh banyak yang masih mengandalkan panorama, seperti Gunung Gajah.

"Kami sudah meminta masyarakat yang mengembangkan wisata menonjolkan keunikan, bukan panorama yang lama ke lamaan akan membosankan," katanya.