Jakarta (Antaranews Jogja) - Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik di Jakarta, Jumat, mengatakan Indonesia membidik pasar Amerika Serikat (AS) menjadi tujuan utama untuk ekspansi pasar produk "streetwear".
Salah satu alasan mengapa Amerika menjadi tujuan utama adalah fesyen streetwear lahir dari budaya skate dan surf yang tumbuh di Amerika Serikat.
Ricky Pesik mengatakan Amerika Serikat juga merupakan tujuan ekspor terbesar produk fesyen Indonesia.
"Komoditas terbesar produk fesyen ke Amerika Serikat berasal dari industri pakaian jadi," kata Ricky.
Apalagi saat ini generasi muda, lebih memilih produk-produk independen yang dibuat oleh para artisan dan memiliki ciri khas tertentu.
"Dengan perkembangan teknologi, batas-batas semakin hilang, maka Indonesia harus tanggap untuk mengembangkan bisnis pakaian jadi dari para artisan," kata dia.
Melalui busana streetwear, kata dia, akan menjadi pintu masuk Indonesia di pasar Indonesia memperkenalkan dan mengenalkan produk-produk lokal.
Pengamat fesyen Khairiyyah Sari mengatakan meski busana streetwear awalnya dari Amerika, tetapi merek-merek lokal Indonesia telah berhasil mengembangkan produk-produk mereka sehingga memiliki ciri khas tersendiri.
Hal tersebut juga menjadi modal utama para artisan tersebut agar produknya dikenal secara global.
"Di Amerika merek-merek tersebut memiliki "cerita" dibaliknya, maka produk Indonesia juga butuh "cerita" yang baik untuk menjual produk mereka di Sana," kata dia.
Menurut dia, negara lain yang menjadi pesaing Indonesia adalah Jepang dan Korea Selatan, karena kedua negara tersebut memiliki desain yabg unik dan detail.
"Kerapian mereka membuat pakaian itu sangat baik, hal ini patut kita tiru jika ingin meraup pasar global," kata dia.
Untuk pertama kalinya Bekraf mendukung lima merek lokal untuk memamerkan produknya di pameran streetware terbesar "Agenda Show" di California, Amerika Serikat pada 28-30 Juni 2018.
Salah satu merek yang ikut serta adalah "Paradise Youth Club", pemilik merek yang produknya terinspirasi dari gaya anak muda 90-an, Hendrick Setio mengatakan keikutsertaan mereka dalam acara yang akan dihadiri 50 negara tersebut dapat menjadi peluang mereka menembus pasar Amerika.
"Kita sudah punya jalur distribusi di beberapa negara seperti di UK nan Korea Selatan, tetapi sampai saat ini kami belum menemukan distributor tepat untuk di Amerika. Mudah-mudahan dengan acara ini Kami dapat menemukan yang tepat," kata dia.
Empat merek lain yang ikut didukung Bekraf dalam "Agenda Show" adalah "Elhaus" yang fokus pada pakaian jadi pria serta denim, "OldblueCo" fokus denim klasik yang lahir dari penambang Amerika, "Monstore" menciptakan pakaian yang berorientasi pada sejarah dan kemudian memadukannya dengan seni pop, serta "Popmeetpop" yang berkreasi dengan rancangan denim modern.
Berita Lainnya
Kostum karnaval di "D'Youth Fest 2021"
Senin, 8 November 2021 4:10 Wib
Triawan keluhkan membesarkan kuliner Indonesia di mancanegara
Jumat, 27 September 2019 17:35 Wib
Potensi film di Indonesia luar biasa
Rabu, 25 September 2019 23:30 Wib
Nanyang-Bekraf menghadirkan lima film Indonesia
Rabu, 25 September 2019 23:23 Wib
Bekraf mendorong "startup" usung ide bisnis lebih beragam
Jumat, 16 Agustus 2019 22:31 Wib
Giring Ganesha mainkan "Auto Chess" dengan gim strategi
Sabtu, 13 Juli 2019 17:17 Wib
Enam solois Indonesia akan pentas di Los Angeles
Kamis, 11 Juli 2019 22:51 Wib
Bekraf: perkembangan industri kreatif pesat
Senin, 15 April 2019 18:35 Wib