Malaysia-Indonesia harus tangkal tekanan Eropa pada minyak sawit

id mahathir

Malaysia-Indonesia harus tangkal tekanan Eropa pada minyak sawit

Mahathir Mohamad (Foto antaranews.com)

Bogor (Antaranews Jogja/Reuters) - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Indonesia harus bergabung dengan negaranya untuk menentang tekanan dari Eropa terhadap industri minyak sawit, Jumat.

        Dalam kunjungan kenegaraannya ke Indonesia, PM Mahathir menyampaikan kepada negara tetangganya itu bahwa Malaysia juga menghadapi masalah sama dalam industri tersebut.

        "Minyak sawit kami terancam oleh Eropa dan kita harus menentangnya bersama-sama," kata Mahathir dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Joko Widodo.

        Uni Eropa adalah salah satu pasar terbesar ekspor minyak sawit kedua negara itu, tetapi UE membatasi penggunaannya untuk memenuhi sasaran kebersihan iklim.

        Minyak kelapa sawit digunakan dalam berbagai produk dari cokelat hingga shampo, dan industri itu mendapat sorotan dalam beberapa tahun belakangan karena sering disalahkan akibat menyebabkan penggundulan lahan dan kebakaran hutan.

        "Negara Eropa dulu ditutupi hutan tetapi mereka menebanginya dan tidak ada yang berdebat dengan mereka tentang itu. Tetapi ketika kita membersihkan lahan milik kami, mereka mengatakan bahwa itu mencemari iklim," kata perdana menteri berusia 92 tahun itu, yang baru-baru ini kembali berkuasa di Malaysia setelah kemenangan mengejutkan dalam pemilihan umum.

        Mahathir juga mengatakan telah menghidupkan kembali rencana untuk bersama-sama mengembangkan mobil yang akan dijual di Asia Tenggara.

        Di Jepang pada awal bulan ini, Mahathir mengatakan dia berharap untuk memulai proyek mobil baru untuk mengikuti Proton, perusahaan mobil yang didirikan selama tugas perdana pertamanya pada tahun 1983.

        Awalnya mengambang tahun lalu, apa yang disebut "mobil ASEAN" akan dikembangkan oleh Proton dan PT Adiperkasa di Indonesia tetapi proyek itu ditangguhkan.

        "Pada 2015 kami tidak dapat melanjutkan karena alasan tertentu tetapi sekarang kami berencana untuk melanjutkan proyek ini lagi," kata Mahathir, tanpa merinci lebih lanjut.

        Proton berjuang dalam beberapa tahun belakangan dan pada tahun lalu, perusahaan otomotif dari China, yaitu Geely, membeli 49,9 persen saham dari produsen mobil tersebut.