Kinerja investasi BPJS Ketenagakerjaan belum maksimal

id bpjs ketenagakerjaan

Kinerja investasi BPJS Ketenagakerjaan belum maksimal

BPJS Ketenagakerjaan (Foto Istimewa)

Jakarta (Antaranews Jogja) - Pengamat masalah ketenagakerjaan Timboel Siregar menilai kinerja investasi BPJS Ketenagakerjaan pada lima bulan pertama tahun 2018 belum maksimal dengan "yield on investment" (YoI) yang diraih 9,86 persen atau dengan nilai nominal Rp13,24 triliun.

         Penilaian tersebut disampaikan Timboel Siregar dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu.

         Dikatakan,  jumlah dana yang dikelola sebesar Rp327,66 triliun hingga akhir Mei 2018, YoI yang diraih sebesar 9,86 persen dengan nilai nominal sebesar Rp13,24 triliun.

         Adapun perincian pengelolaan dana pada instrumen investasi saat ini adalah Surat Utang 61 persen, Saham 19 persen, Deposito sembilan  persen, Reksadana10 persen dan satu persen pada instrumen investasi langsung. 
    
         Hasil investasi ini didukung oleh jumlah tenaga kerja yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 47,49 juta orang dan dan tenaga kerja aktif sebanyak 27,69 juta pekerja.

         Target hasil investasi selama tahun 2018 sebesar Rp32 triliun dengan dana kelolaan sebesar Rp367,88 triliun.

         Dengan hasil selama lima bulan ini, manajemen mengklaim pencapaian kinerja tersebut sudah apik karena BPJS Ketenagakerjaan tepat membaca kondisi perekonomian dan kebutuhan liabilitas perusahaan, ujar Timboel.

         Menurut dia, kinerja investasi BPJS Ketenagakerjaan tentu sudah baik, tetapi diharapkan kinerja investasi harus terus digenjot lagi agar bisa mencapai hasil dua digit, sehingga imbal hasil JHT tahun ini bisa mencapai minimal 10 persen seperti capaian di tahun sebelumnya yang sebesar 10,55 persen.

         Sekadar mengkritisi, kalau pun dinyatakan dalam rilis BPJS Ketenagakerjaan, ditargetkan hasil investasi bisa mencapai Rp32 triliun di tahun ini, tetapi dalam lima bulan awal ini hasil Rp13,24 triliun.

         Artinya target hasil investasi tidak tercapai sebesar Rp60 milyar selama lima bulan ini karena seharusnya target sampai dengan Mei 2018 adalah 13,3 triliun, tulis Timboel. 
    
         Dengan target Rp32 triliun seharusnya rata-rata sebulan harus tercapai Rp2,66 Triliun, tetapi dalam lima ini bulan rata-rata sebulan hanya tercapai Rp2,64 triliun atau sama dengan Rp13,24 triliun dalam lima bulan.

         Adanya peningkatan 7 Days repo rate BI menjadi 5,25 persen, mengharapkan agar Manajemen BPJS Ketenagakerjaan khususnya Direktorat Pengembangan Investasi dapat mengambil momentum tersebut dan melakukan perubahan kajian alokasi aset investasi yang dapat meningkatkan imbal hasil untuk diberikan kepada peserta.

         Sehingga momentum penurunan IHSG yang pada saat ini berada pada kisaran 5600-5800 tidak bisa dijadikan alasan untuk menurunkan imbal hasil kepada peserta, tulis Timboel.

         Dengan adanya nomenklatur yang berbunyi pengembangan investasi, kata Timboel, maka manajemen BPJS Ketenagakerjaan diminta benar-benar mengembangkan investasi dana peserta yang dapat langsung di nikmati oleh tenaga kerja, tidak hanya berkutat pada "capital market".

         Misalnya pengembangan rumah pekerja yang sampai sekarang belum optimal atau belum dirasakan oleh tenaga kerja. 
    
         "Masih ada tujuh bulan ke depan untuk menciptakan manfaat (gain) investasi yang lebih baik lagi. Saya berharap pada kerja cerdas dan cermat dari Direktorat Pengembangan Investasi sehingga target mendapat hasil investasi dua digit bisa tercapai," demikian Timboel.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024