Sejumlah SD negeri di Yogyakarta digabung

id Sd

Sejumlah SD negeri di Yogyakarta digabung

Ilustrasi murid SD (Foto Antara)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta berencana melakukan penggabungan sejumlah sekolah dasar negeri karena beberapa sebab, di antaranya jumlah siswa baru yang mendaftar semakin berkurang dari tahun ke tahun.

    
"Ada dua sekolah dasar (SD) yang kami rencanakan digabung ke sekolah terdekat. Harapannya, bangunan sekolah lama dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain, yaitu pemenuhan akses yang lebih banyak untuk SMP,” kata Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Rohmat di Yogyakarta, Senin.

   
SD yang direncanakan akan digabung, yaitu SD Negeri Karangsari yang akan digabung dengan SD Negeri Pilahan. Pada tahun ajaran 2018/2019, SD Negeri Karangsari hanya menerima tujuh siswa.

   
“SD Negeri Karangsari adalah sekolah kecil. Kemungkinan besar, akan digabung dengan SD Pilahan,” katanya.

   
Sekolah yang berada di depan GL Zoo tersebut akan dimanfaatkan untuk kebutuhan lain yaitu disulap menjadi bangunan untuk SMP Negeri 14 Yogyakarta sehingga menambah jumlah siswa yang bisa ditampung di SMP negeri di Kota Yogyakarta pada tahun ajaran mendatang.

   
Selain itu, SD Negeri Suryodiningratan 3 akan digabung dengan SD Negeri Suryodiningratan 1. Pada tahun ini, sekolah tersebut mengurangi siswa yang diterima menjadi satu rombongan belajar dari tahun sebelumnya dua rombongan belajar.

   
Bangunan SD Negeri Suryodiningratan 3 akan dimanfaatkan untuk perluasan SMP Negeri 13 Yogyakarta.

   
Sedangkan SD yang sudah dalam proses penggabungan adalah SD Negeri Patangpuluhan dengan SD Negeri Sindurejan. Saat ini, hanya tersisa siswa kelas lima dan enam saja. Penggabungan SD dilakukan karena SD Patangpuluhan masuk wilayah administrasi Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

   
Hal tersebut terjadi pascapenerapan otonomi daerah pada 2003 dan adanya perbedaan pemetaan administrasi batas wilayah.

 Selain penggabungan, permasalahan kekurangan siswa baru juga masih terjadi pada tahun ini terutama di SD negeri yang tidak menerapkan “real time online” untuk penerimaan peserta didik baru. Sedangkan 41 SD yang menerapkan RTO hanya menyisakan 12 bangku yang tidak terisi.

“Ada sekitar 25 persen SD negeri yang tidak mampu memenuhi daya tampung sekolah. Pada tahun ini ada 48 SD yang tidak mengikuti RTO,” katanya.

Rohmat mengatakan, belum memetakan penyebab tidak terpenuhinya bangku di sejumlah SD negeri. Meskipun demikian, ia menengarai banyak calon siswa yang memilih mendaftar di SD swasta. 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024