Disnakertrans pastikan kebenaran TKI meninggal di Korsel

id TKI Bantul

Disnakertrans pastikan kebenaran TKI meninggal di Korsel

Ngadino, orang tua Wiwit Sutrisnoputro TKI asal Pandak yang meninggal karena kecelakaan kerja di Korea Selatan (Foto Antara/Hery Sidik) (Foto Antara/Hery Sidik/)

Bantul (Antaranews Jogja) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan kebenaran TKI asal Dusun Jalakan, Desa Triharjo yang meninggal karena kecelakaan kerja di perusahaan manufaktur Korea Selatan pada Rabu (18/7).
     
"BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) Yogyakarta sudah memberitahukan secara lisan terkait kabar itu (TKI meninggal)," kata Kepala Disnakertrans Bantul Heru Suhadi saat dikonfirmasi terkait TKI tersebut di Bantul, Jumat. 
     
Wiwit Sutrisnoputro (25) TKI asal RT 06, Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Bantul dikabarkan meninggal setelah mengalami kecelakaan kerja akibat tercebur ke dalam air rendaman besi panas pada sebuah perusahaan manufaktur di Korea Selatan pada Rabu (18/7) malam. 
       
Meski telah diberitahu secara lisan, namun, kata dia, hingga kini Disnakertrans Bantul belum menerima surat resmi dari BP3TKI, maka dari itu pihaknya langsung berupaya mengecek kebenaran informasi tersebut ke beberapa instansi terkait.
     
"Penjelasannya surat dari BP3TKI belum bisa ngasih karena nunggu dari KBRI (Kedutaan Besar RI) Seoul. Saat kemarin itu dikabari (BP3TKI) kan kami tidak begitu saja, kemudian kami memastikan," katanya. 
     
Ia mengatakan, setelah dicek, informasi lisan dari BP3TKI Yogyakarta itu benar dan berdasarkan informasi yang diterima, pihak kepolisian Korea Selatan telah menyelidiki kematian Wiwit dan menyimpulkan meninggal karena kecelakaan kerja.
       
"Mudah-mudahan saja memang sudah diteliti dah benar-benar tidak ada permasalahan. Jadi itu memang (murni) karena kecelakaan. Tugas kita memastikan, dan mendampingi," katanya. 
     
Meski demikian, hingga kini pihaknya belum mengetahui kapan jenazah Wiwit sampai rumah duka, tetapi jika jenazahnya telah sampai Yogyakarta, maka pihaknya akan melakukan pendampingan hingga jenazahnya sampai di pihak keluarga.
     
"Besok kalau sudah datang pasti kita dampingi. BP3TKI yang sekarang ngurus (pemulangan jenazah), kita tunggu kabarnya. Sementara BP3TKI belum bisa memberi kabar karena belum ada surat dari KBRI," katanya. 
     
Wiwit adalah anak pertama dua bersaudara dari pasangan Ngadino (50) dengan Sumarsih (43), sudah empat tahun ini Wiwit merantau ke luar Jawa, dia bekerja di Batam selama dua tahun dan bekerja di perusahaan Korea Selatan selama dua tahun.
     
"Saya mendapat kabar kalau Rabu (18/7) malam sekitar jam 9 (waktu Korsel) mas Wiwit mengalami kecelakaan kerja, kalau waktu di sini jam 19.00 WIB, selisih dua jam," kata ibu kandung Wiwit, Sumarsih saat ditemui di rumah duka RT 06, Dusun Jalakan Triharjo Bantul.
     
"Anak saya kerja di pabrik besi, katanya anak saya mau membenarkan mesin sendiri, sebenarnya kan itu tidak boleh. Kemudian dia terjatuh ke dalam air tempatnya buat naruh besi panas," kata Sumarsih didampingi Ngadino, bapak kandung Wiwit.