Puluhan kapal nelayan rusak dihantam gelombang pasang

id gelombang tinggi

Puluhan kapal nelayan rusak dihantam gelombang pasang

Gelombang tinggi hamtam Pantai Trisik, Kabupaten Kulon Progo. (FOTO ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Puluhan kapal milik nelayan di sepanjang pantai selatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, rusak berat akibat dihantam gelombang pasang pada Selasa (24/7) hingga Rabu (25/7) pagi.
     
"Jumlah kapal nelayan yang rusak sebanyak 25 unit. Kapal tersebut telah diamankan didaratan, tapi gelombang pasang sampai darat, sehingga menyebabkan kapal rusak," kata Ketua Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah V Pantai Glagah Aris Widiatmoko di Kulon Progo, Rabu.
     
Selain kapal milik nelayan, lanjut Aris, gelombang pasang menyebabkan 37 warung bangunan warga, delapan kolam renang, 10 bangunan kamar mandi, lahan pertanian dan empat jalan menuju pantai mengalami kerukasakan berat.
     
"Kami masih melalukan inventarisasi kerusakan akibat gelombang pasang. Kami belum dapat memastikan total kerugian akibat kejadian ini," katanya.
     
 Aris mengatakan berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika, hari ini adalah puncak peristiwa gelombang tinggi di Samudera Hindia bagian selatan DIY.
     
Menurutnya kejadian ini layakaknya sebuah abrasi ekstreem yakni berinpdahnya bibir pantai secara drastis yang membuat bangunan untuk wisata terasa dekat dengan bibir pantai.
     
"Kejadian ini bakal berlangsung hingga akhir Juli ini. Gelombang pasang akan menurun seiring waktu, dan perkiraan Agustus sudah normal," katanya.
   
Kepala Dusun Sidorejo, Desa Banaran, Galur, Joko Samudra mengatakan gelombang pasang menyebabkan bangunan Konservasi Penyu Abadi di Pantai Trisik ambruk, Rabu (25/7) pagi.
     
Selain itu, gelombang pasang menyebabkan area Objek Wisata Laguna Pantai Trisik rusak berat. Kolam renang dan laguna porak poranda akibat gelombang air yang membawa sampah. Sekain itu lima kapal nelayan dan satu bangunan TPI rusak akibat gelombang tinggi.
     
"Kerugian bisa mencapai Rp5 miliar untuk di Trisik," katanya.
     
Menurut dia, gelombang pasang menyebabkan abrasi di pantai Trisik dalam sepuluh tahun terakhir terbilang cukup parah. Pasalnya bibir pantai Trisik sendiri telah berpindah hampir satu kilometer lebih dekat ke area pemukiman warga dan tempat pelelangan ikan (TPI). 
   
"Setiap tahun ada lima meter menyusut, dulu TPI saja ada di tengah jauh, sekarang TPI kelihatan dekat sekali dengan pantai," katanya.