Desa Kemadang Gunung Kidul sukses kembangkan pariwisata dengan dana desa

id Kemadang

Desa Kemadang Gunung Kidul sukses kembangkan pariwisata dengan dana desa

Kepala Desa Kemadang, Sutono saat ditemui di sela acara Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasrayarakatan Desa Tahun 2018 di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, Rabu (25/7). (Foto Antara/Luqman Hakim) (Foto Antara/Luqman Hakim/)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Pemerintah Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sukses mengembangkan sejumlah destinasi wisata pantai dengan memanfaatkan dana desa.

"Pembukaan sejumlah destinasi wisata pantai ini bahkan bisa menekan tingkat urbanisasi di desa kami," kata Kepala Desa Kemadang, Sutono, saat ditemui di sela acara Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasrayarakatan Desa Tahun 2018 di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, Rabu.

Menurut Sutono, hingga saat ini sejumlah destinasi wisata pantai yang berhasil dikembangkan di desanya yakni objek wisata Pantai Baron, Pantai Sepanjang, Pantai Kukup, serta Pantai Watu Kodok.

"Dan baru-baru ini kami bersama warga desa juga kembali membuka Pantai Ngrawe dan Pantai Buluk sebagai tujuan wisata," kata dia.

Karena dinilai maju dalam bidang pariwisata, Desa Kemadang berhasil menyabet predikat desa terbaik se-DIY dalam Lomba Desa 2018 yang diselenggarakan Pemda DIY. Desa ini mampu mengalahkan sejumlah desa dari Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kulon Progo.

Sutono mengakui keberhasilannya dalam pengembangan wisata pantai tidak terlepas dari dukungan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat.

Dana desa yang telah diterima Desa Kemadang sebanyak tiga kali sebesar Rp600 juta pada 2015, Rp900 juta pada 2016, dan Rp1,2 miliar pada 2017, kata dia, memang banyak dialokasikan untuk pembukaan serta perbaikan jalan akses ke sejumlah pantai tersebut.

"Dengan pembukaan akses jalan itu ternyata potensi daya tarik wisatanya cukup besar," kata dia.

Pembukaan sejumlah destinasi wisata pantai itu, menurut dia, berpengaruh besar terhadap penurunan laju urbanisasi di desanya. Hingga saat ini, kata dia, hampir 70 persen warga desa setempat memeroleh penghasilan dengan membuka usaha wisata di kawasan pantai.

 "Di desa kami ada 1.900 kepala keluarga di mana 70 persen di antaranya menjadi pelaku usaha wisata mulai dari usaha penginapan, kuliner, oleh-oleh, hingga tukang parkir," kata dia.

Menurut Sutono, selama ini dana desa dikelola secara transparan. Perencanaan prioritas penggunaan dana desa selalu disusun secara transparan melalaui musyawarah dusun hingga musyawarah desa.

"Sangat transparan. Selama ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) kami sampaikan melalui berbagai forum ?di masyarakat dan bisa diakses melalui website desa," kata dia.

 (L007).

 
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024