Sultan: sangat langka menemukan pemimpin "melintasi batas"

id sultan hb x

Sultan: sangat langka menemukan pemimpin "melintasi batas"

Sri Sultan HB X (ANTARA FOTO)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengatakan saat ini sungguh langka menemukan seorang pemimpin yang mampu "melintasi batas" budaya dan tradisi, seperti Bung Karno.
   
 "Terbilang langka karena sosok itu mampu 'melampaui dirinya', tidak hanya memikirkan diri sendiri dan golongannya tetapi juga melakukan pergumulan untuk orang lain dan bangsanya," kata Sultan di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Jumat malam.
     
Pada peluncuran buku "Antologi Kebangsaan, Jogja Gumregah untuk Indonesia", Sultan mengatakan saat ini bangsa Indonesia berada pada tahun terakhir menjelang Pemilu 2019, tatkala rakyat mencari pemimpin.
     
Menjelang pemilu, menurut dia, rakyat "menguji-melacak" calon pemimpin, dan calon pemimpin "berjanji-mengajak" calon pemilih. Calon pemimpin meyakinkan calon pemilih, bahwa setiap calon pemimpin menyatakan siap menjalankan kepemimpinan bangsa untuk rakyat.
     
"Pemilu tentu saja tetap akan selalu kembali datang menawarkan musim semi harapan. Menghukum sang pecundang, sekalgus memberikan mandat kepada yang dipercaya," kata Raja Keraton Yogyakarta itu.
     
Sementara itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dalam "Orasi Kebangsaan" mengatakan ketika keistimewaan DIY akan dituangkan kembali ke dalam UU tersendiri, pro dan kontra menjadi meluas dan pembahasan dalam proses legislasi menjadi agak berlarut-larut.
     
"Banyak yang mendukung karena secara historik Yogyakarta telah memainkan peran kunci pada saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia sehingga negeri ini benar-benar merdeka sampai sekarang," kata Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.
     
Menurut dia, Indonesia tetap merdeka dengan kekuatan sendiri berkat bantuan Sultan Hamengku Buwono IX (ayahanda Sultan HB X) yang bukan hanya menyediakan tempat perlindungan dan menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia tetapi juga membantu material dan finansial.
     
"Namun, ada juga yang tidak setuju dengan status istimewa karena dianggap bertentangan dengan demokrasi dan akan menghambat demorasi di Indoensia. Padahal, sangat benderang bahwa pejuang-pejuang demokrasi yang tangguh dan ikut mengatur Indonesia dengan sistem demokrasi banyak yang lahir dari rahim DIY," kata Mahfud.
     
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan DIY memang istimewa, meskipun penduduknya tidak terlalu banyak, perannya dalam sejarah Indonesia sangat vital.
     
"Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono IX jasanya luar biasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu..
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024