BPBD punya persediaan air bersih 1.000 tangki

id Air bersih

BPBD  punya persediaan air bersih 1.000 tangki

Bantuan tangki air bersih BPBD (Foto ANTARA)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mempunyai persediaan air bersih sebanyak 1.000 tangki yang siap didistribusikan kepada warga terdampak kekeringan sampai akhir September.
     
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Minggu, mengatakan sampai saat ini, air bersih yang sudah didistribusikan kepada warga terdampak kekeringan sekitar 500 tangki sejak awal Juni.
   
 "Saat ini, masih ada 1.000 tangki yang disiapkan BPBD Kulon Progo. Musim kemarau dengan tingkat kekeringan tinggi baru mulai awal Agustus hingga September nanti," kata Ariadi.
     
Ia mengatakan setiap hari BPBD bekerja sama dengan Dinsos dan Tanaga Kulon Progo mendistribusikan air bersih sebanyak 18 tangki per hari. Kecamatan dengan tingkat permintaan air bersih tinggi, yakni Kalibawang, Samigaluh, Kokap, Girimulyo, Sentolo, dan Nanggulan.
     
"Di Kecamatan Lendah juga mulai dilanda kekeringan, namun masyarakat dapat mencukupi kebutuhan air bersih secara mandiri dengan membeli air dari pihak swasta," katanya.
     
Ariadi mengatakan Pemkab Kulon Progi telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 33/A/2018 tentang Tanggap Darurat Kekeringan sejak Sabtu (25/7). Kebijakan status tanggap darurat kekeringan dilatarbelakangi sebanyak 109 dusun di 23 desa saat ini tengah mengalami kekeringan. Sebanyak 23 desa yang mengalami kekeringan tersebar di delapan kecamatan yang mengancam lebih dari 3.000 kepala keluarga (KK).
     
Sejauh ini, warga telah meminta dropping air bersih kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Palang Merah Indonesia, Tim Reaksi Cepat, dan Tagana. "Sampai saat ini, kami 450 tangki air bersih sudah dropping ke warga. Anggaran yang dihabiskan untuk dropping air bersih sebesar Rp153 juta dari anggaran tak terduga," ujarnya.
       
Selain itu, kata Ariadi, BPBD Kulon Progo telah meminta bantuan dari berbagai sumber, seperti CSR dari PLN dan Pemda DIY, serta BPD DIY. "Pemda DIY memberi 100 tangki, PLN DIY sebanyak 150 tangki dan BPD DIY sebanyak 250 tangki," ujarnya.
     
Menurut dia, penyebab utama kekeringan ialah musim kemarau yang datang lebih cepat. Seperti Mei kemarin, seharusnya masih terjadi hujan ternyata sudah kering. Hal itu menyebabkan Perbukitan Menoreh terjadi kekeringan dan warga kesulitan air bersih.
     
"Awal Juni, warga di kawasan Perbukitan Menoreh sudah ada yang mengajukan permohonan bantuan air bersih," katanya.
    
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulon Progo Hepi Eko Nugroho mengatakan jumlah desa rawan kekeringan kini semakin berkurang, yakni dari 23 desa yang terpetakan, kini telah berkurang empat desa.
     
"Peta kekeringan di Kulon Progo masih tetap, yakni di enam kecamatan. Namun wilayah kekurangan air bersih saat ini banyak berkurang," kata Hepi.
     
Ia mengatakan enam kecamatan potensi kekeringan, yakni Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Sentolo, Nanggulan dan Lendah. Namun dalam perkembangannua, masyarakat yang tinggal di daerah rawan kekeringan itu, menyadari bahwa mereka tinggal di daerah rawan kekeringan.
     
"Masyarakat dan pemerintah desa memanfaatkan sumber mata air untuk dialirkan ke rumah warga, seperti di Dusun Wonobroto, Desa Tuknoso," katanya.