Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Mahasiswa difabel dari Program Studi Komputer dan Sistem Informasi Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Muhammad Fahmi Husaen berhasil mengembangkan sepatu untuk membantu mencegah kelumpuhan akibat kontraktur otot dan sendi engkel kaki.
Sepatu yang diberi nama "Achilles Physiotheraphy Orthosis" (Aveo) itu dikembangkan Fahmi bersama dua rekannya, Widiyanto dari Program Studi Komputer dan Sistem Informasi, dan Danar Aulia Husnan dari Program Studi Metrologi dan Instrumentasi Sekolah Vokasi UGM.
"Kami berharap alat ini bisa disempurnakan dan diproduksi secara masal untuk fisioterapi mandiri," kata Fahmi saat jumpa pers di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.
Pengembangan sepatu itu telah mengantarkan Fahmi dan dua rekannya memboyong 2 medali emas Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2018 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kategori presentasi dan poster.
Menurut Fahmi pengembangan alat itu berangkat dari pengalaman pribadinya sebagai penderita "Duchne Muscular Distropy (DMD)". Penyakit itu menyebabkan Fahmi tidak bisa berjalan sejak kelas 4 SD karena terjadi kekakuan otot dan sendi kaki.
"Ide awal dari pengalaman pribadi. Saya tidak pernah fisioterapi sehingga lama-lama menjadi kaku seperti sekarang ini. Dengan alat ini orang bisa melakukan pencegahan secara mandiri," kata dia.
Ia menilai banyaknya masyarakat yang tidak melakukan fisioterapi saat terjadi gejala kelumpuhan antara lain karena ketidaktahuan atau terkendala biaya fisioterapi yang mahal. "Karena biaya fisioterapi yang standar ya lumayan mahal, apalagi kalau tidak menggunakan BPJS," katanya.
Menurut dia, sepatu yang dikembangkan bersama dua rekannya itu mampu membantu masyarakat melakukan fisioterapi untuk mencegah kelumpuhan secara mandiri. Bahkan bisa digunakan oleh penderita stroke.
Alat yang menyesuaikan struktur telapak kaki manusia itu dilengkapi motor penggerak yang terhubung dengan telepon pintar melalui media bluethooth.
"Saat melakukan fisioterapi, pengguna bisa mengontrol pergerakan telapak kaki ke atas dan ke bawah melalui aplikasi. Bisa diatur dengan mode manual atau otomatis," kata dia.
Setelah diajukan untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Fahmi bersama tim melakukan penelitian dan pembuatan desain alat itu selama lima bulan hingga akhirnya diikutkan ajang Pimnas 2018.
Bahkan alat yang dikembangkan itu telah mendapatkan pengakuan sebagai alat yang layak difungsikan sebagai pengganti fisioterapi oleh para dokter fisioterapi Rumah Sakit Akademik UGM.
"Kami akan meningkatkan lagi keamanannya supaya bisa memenuhi standar medis. 'Chasing' akan kami kembangkan agar bisa lebih bagus lagi dan kami tambahkan sensor pendeteksi otot," kata dia. (T.L007/B/M.M. Astro)
Berita Lainnya
Film dokumenter dapat cegah PMI terjebak radikalisme
Jumat, 19 April 2024 7:37 Wib
Kontrol diabetes hindari gangguan mata, catat kiatnya
Kamis, 18 April 2024 18:46 Wib
Cegah kematian, konsumsi ikan sarden dan teri
Minggu, 14 April 2024 14:42 Wib
Saat "contrafkow", polisi siapkan opsi cegah kecelakaan
Minggu, 14 April 2024 6:45 Wib
Dishub Bantul memberlakukan searah jalur Imogiri-Mangunan cegah kemacetan
Kamis, 11 April 2024 21:20 Wib
Ingat, selama perjalanan pemudik harus cukupi konsumsi cairan
Senin, 8 April 2024 15:29 Wib
Cegah osteoporosis, konsumsi makanan tinggi kalsium sejak muda
Sabtu, 6 April 2024 4:48 Wib
Kegiatan nonakademik di Indonesia diperbanyak untuk cegah perundungan
Sabtu, 6 April 2024 4:34 Wib