Petani kedelai Gunung Kidul terima banyak permintaan

id Kedelai

Petani kedelai Gunung Kidul terima banyak permintaan

Petani panen kedelai (Foto ANTARA/Mameik)

 Gunung Kidul, (Antaranews Jogja) - Petani kedelai lokal di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menerima banyak permintaan kedelai dari pengusaha tahu dan tempe di wilayah ini, setelah adanya kenaikan kedelai impor. 
     
Ketua Kelompok Tani Kedelai, Desa Pengkok Kecamatan Patuk Sudiyono di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan pelaku usaha pembuatan tahu dan tempe dengan kenaikan harga kedelai import beralih ke produk para petani lokal, sehingga permintaan kedelai hasil panen petani langsung mengalami peningkatan.
   
 "Permintaan yang datang sendiri tak hanya berasal dari Gunung Kidul saja, melainkan juga dari berbagai daerah lainnya," katanya.
     
Dia mengatakan kenaikan permintaan menyebabkan harga jual petani semakin meningkat. Biasanya rata-rata Rp6.500 sekarang bisa Rp7.500 sampai Rp8.000 perkilogram.
     
"Harga jual kedelai lokal mengalami peningkatan yang mencapai hampir 30 persen dibandingkan dari biasanya," katanya.
   
 Sudiyono mengakui kualitas kedelai lokal lebih baik dibandingkan kedelai import. Namun banyak pengusaha belum percaya terhadap kualitas kedelai lokal.
     
"Kualitasnya berani tandingan sebenarnya. Memang untuk sekarang ini kepercayaan para pengusaha tahu dan tempe belum sepenuhnya ke kedelai lokal," katanya.
       
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto mengungkapkanpemerintah daerah selama ini terus mendorong petani  menanam kedelai lokal.
     
Prospek kedelai lokal sendiri sangat potensial dan menguntungkan bagi petani. Dengan kondisi rupiah yang semakin melemah ini menjadi peluang bagi para petani lokal untuk merebut pasar.
     
"Dampaknya tentu sangat positif. Luar biasa sekali, mendobrak harga kedelai lokal menjadi menanjak signifikan,” katanya.
     
Dia mencontohkan di Desa Pengkok, Kecamatan Patuk sendiri, pemkab membina petani kedelai lokal di lahan seluas 10 hektare. Namun karena antusias masyarakat dan membaca potenis yang dimiliki, tak tanggung-tanggung 13 hektare lahan ditambah petani melalui swadaya masyarakat.
     
"Dari 23 hektare lahan pertanian itu, menghasilkan 3,25 ton kedelai siap jual. Berawal dari situlah, masyarakat mulai menggeluti pertanian kedelai," katanya.