Luas lahan bawang merah Kulon Progo naik 20 hektare/tahun

id Lahan bawang merah

Luas lahan bawang merah Kulon Progo naik 20 hektare/tahun

Petani bawang merah (Foto ANTARA/Sidik)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menargetkan lahan bawang merah naik sebanyak 20 hektare pertahun guna menekan inflasi di wilayah ini.
     
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Eko Purwanto di Kulon Progo, Jumat, mengatakan pada 2017, lahan bawang merah seluas 470 hektare, pada 2018 naik menjadi 510 hektare,
     
"Mulai 2017 hingga 2022, kami mentargetkan penambahan luas lahan bawang merah 100 hektare lahan itu akan dibagi dalam lima tahun, jadi kami tiap tahun bakal menaikan luasan lahan sebanyak 20 hektare atau lebih," katanya.
     
Ia mengatakan pihaknya memberikan bantuan hingga melalukan pendampingan cara pemberian bibit bawang merah jenis Bima Brebes. Untuk memulai pertanian bawang merah diperlukan modal yang besar. 
   
 "Satu hektare membutuhkan setidaknya 800 kilogram bibit, padahal dengan harga mencapai Rp30.000 perkilo bisa jadi perhektare butuh Rp25 juta," katanya.
     
Ia berharap setiap hektare lahan bakal menyumbang 35 ton bawang basah. Mengingat dari penelitian yang dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan lahan efektif yang baik harus menghasilkan 3,5 kilogram bawang merah basah per meter.
     
"Kami sampling di Desa Bugel, ternyata bisa 4,3 kilogram per meter, jadi totalan 43 ton per hektare," katanya.
       
Kasi Produksi Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Agus Purwoko mengatakan pemkab atau dinas tidak memberikan subsidi atau bantuan benih kepada petani. Hal ini dikarenakan bantuan benih bawang merah diwajibkan harus berlabel.
     
Selama ini, dinas mengupayakan pengembangan benih lokal yang kualitasnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan benih buatan perusahaan. Hanya saja, benih lokal bawang merah Kulon Progo masih dalam tahap mengurus label.
     
"Kalau ada kegiatan bantuan benih bersubsdi, akan kontraproduktif dengan apa yang telah kami programkan yakni penggunaan benih lokal," katanya.