BNPT: mahasiswa jangan takut laporkan indoktrinasi radikalisme

id BNPT

BNPT: mahasiswa jangan takut laporkan indoktrinasi radikalisme

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/16)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Suhardi Alius meminta mahasiswa harus berani melaporkan upaya indoktrinasi radikalisme yang dilakukan oleh senior maupun dosen di lingkungan kampus.

"Teman-teman mentor atau dosen kalau ada yang mengajak ditekan-tekan yang tidak benar (paham radikal) tolong laporkan ke dekan atau rektor, jangan takut," kata Suhardi, saat memberikan kuliah umum pascasarjana UGM bertajuk "Penguatan Nilai Nilai Kebangsaan bagi Mahasiswa" di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.

Menurut Suhardi, kepekaan itu perlu dimiliki seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa baru, mengingat upaya infiltrasi dan indoktrinasi paham radikal saat ini gencar dilakukan di perguruan tinggi negeri maupun swasta.

"Bukan cuma di perguruan tinggi, tapi malah sudah ada sejak SMP dan SMA," kata dia lagi.

Bahkan, menurut dia, upaya indoktrinasi bukan hanya dilakukan oleh sesama siswa atau mahasiswa. Pada level yang lebih tinggi, juga dilakukan sendiri oleh oknum dosen di sebuah perguruan tinggi.

Suhardi juga mengaku telah meminta Menristek Dikti serta Mendikbud agar lebih ketat merekrut tenaga pengajar.

"Infiltrasi paham radikal sudah masuk ke mana-mana, bahkan di Jawa Timur ada dosen yang mengintimidasi mahasiswanya dengan persoalan nilai jika tidak mau mengikuti paham itu," kata dia.

Menghadapi tantangan itu, menurut dia, para mahasiswa perlu memperkuat nasionalisme serta lebih mampu mengasah daya kritis agar tidak permisif terhadap paham-paham tertentu yang datang dari luar.

"Ingat bahwa orang tua kalian susah payah membiayai kuliah supaya kalian lulus tepat waktu. Jangan sia-siakan doa orang tua kalian," kata Suhardi, di hadapan ribuan mahasiswa pascasarjana UGM.

Ia meminta mahasiswa bisa saling mengingatkan kepada sesama temannya, agar tidak terjebak dalam upaya rekrutmen kelompok radikal.

Mahasiswa, menurut dia, bisa saling mencermati perubahan perilaku teman masing-masing untuk mengetahui apakah terpapar ideologi radikal atau tidak.

"Kalau orang sudah dicuci otaknya tanda-tandanya yang tadinya dia guyub tiba-tiba berubah eksklusif membuat kelompok sendiri," kata dia lagi.